GAZA, KOMPAS.com - Serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Minggu (13/7/2025) menewaskan sedikitnya 43 warga Palestina, termasuk anak-anak, di titik distribusi air.
Sementara itu, perundingan gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas di Doha, Qatar, menemui jalan buntu.
Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan, total 43 orang tewas dalam serangan semalam hingga Minggu pagi. Di Kota Gaza, delapan orang meninggal akibat serangan terhadap rumah-rumah warga.
Baca juga: Israel Gempur Infrastruktur Hamas di Gaza meski Negosiasi Gencatan Senjata Berlanjut
Sementara di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah, 10 orang tewas dalam serangan serupa. Di lokasi distribusi air di kamp yang sama, serangan menewaskan 10 orang lainnya, termasuk delapan anak-anak.
“Kami terbangun karena suara dua ledakan besar. Tetangga kami dan anak-anaknya tertimbun reruntuhan,” ujar Khaled Rayyan kepada AFP.
Warga lain, Mahmud al-Shami, berharap perundingan segera membawa hasil. “Apa yang terjadi pada kami belum pernah terjadi dalam seluruh sejarah umat manusia,” ungkapnya.
Di Gaza selatan, jet tempur Israel dilaporkan menyerang tenda pengungsian di daerah pesisir Al-Mawasi, menewaskan tiga orang, menurut juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza.
Belum ada pernyataan resmi dari militer Israel terkait serangan ini. Namun pada Sabtu, militer menyebut pihaknya menggempur lebih dari 35 target Hamas di Beit Hanun, Gaza utara.
Perundingan antara Israel dan Hamas yang sudah berlangsung selama sepekan di Doha bertujuan menghentikan konflik bersenjata yang telah berlangsung 21 bulan di Gaza. Namun, pada Sabtu, kedua pihak saling menyalahkan atas terhambatnya kesepakatan.
Hamas menginginkan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Namun, menurut sumber Palestina yang mengetahui jalannya perundingan, Israel mengajukan rencana mempertahankan pasukannya di lebih dari 40 persen wilayah Gaza.
Sumber itu juga menyebut Israel berencana memaksa ratusan ribu warga Palestina ke selatan Gaza, yang dikhawatirkan sebagai persiapan pemindahan paksa ke Mesir atau negara lain.
Sementara itu, seorang pejabat senior Israel mengatakan pihaknya telah menunjukkan fleksibilitas dalam perundingan. Namun, menurutnya, Hamas masih bersikeras pada tuntutan yang menyulitkan tercapainya kesepakatan.
Baca juga: Terjadi Lagi, 17 Tewas dalam Penembakan di Dekat Jalur Bantuan Gaza
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan kesiapan untuk melanjutkan perundingan demi mengakhiri permusuhan secara lebih permanen. Namun, ia menegaskan, hal itu hanya akan terjadi jika Hamas setuju untuk melucuti senjata.
Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Tujuh badan PBB pada Sabtu memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar telah mencapai tingkat kritis, mengancam kelangsungan operasi bantuan, layanan rumah sakit, dan memperparah krisis pangan.
Konflik di Gaza dipicu oleh serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut catatan AFP berdasarkan data resmi.
Dari 251 orang yang disandera saat itu, 49 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel telah tewas.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan sedikitnya 57.882 warga Palestina tewas akibat serangan balasan Israel. PBB menyatakan angka-angka ini dapat diandalkan.
Di Tel Aviv, Israel, ribuan orang turun ke jalan pada Sabtu, menuntut pembebasan para sandera.
Baca juga: Perundingan Gencatan Senjata Gaza Terkendala, Israel Ogah Tarik Pasukan
“Jendela kesempatan terbuka sekarang dan tidak akan lama,” ujar Eli Sharabi, mantan tawanan, kepada massa yang berkumpul.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini