Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KTT APEC, Pemimpin Asia-Pasifik Sepakat Dorong Perdagangan yang Lebih Tangguh

Kompas.com - 01/11/2025, 19:59 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

SEOUL, KOMPAS.com – Para pemimpin ekonomi Asia-Pasifik menyerukan pentingnya ketahanan dan manfaat bersama dalam sistem perdagangan global menjelang berakhirnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Seoul, Korea Selatan, Sabtu (1/11/2025).

Deklarasi bersama diadopsi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi agresif antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dinilai menekan perdagangan dunia.

Pertemuan tahunan APEC tahun ini digelar di bawah bayang-bayang perang tarif, kontrol ekspor, dan persaingan strategis yang menguji solidaritas negara-negara anggota.

Baca juga: APEC 2025 Digelar di Gyeongju Korsel, Persiapan Mulai Dilakukan

Menjelang KTT, Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian kesepakatan perdagangan baru, termasuk dengan China dan Korea Selatan, namun ia meninggalkan Seoul sebelum pertemuan dimulai.

Meskipun Trump tidak hadir, pandangan Washington tetap tercermin dalam deklarasi akhir, yang tidak lagi menyinggung istilah “multilateralisme” atau “Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)” sebagaimana tahun lalu.

“Ini adalah pengakuan bahwa sulit memulihkan tatanan perdagangan bebas berbasis multilateralisme dan WTO,” ujar Heo Yoon, profesor perdagangan internasional dari Universitas Sogang, Seoul.

“Kita tidak dapat lagi menyangkal adanya pergeseran paradigma dalam tatanan perdagangan global,” tambahnya.

Dengan absennya Trump, China berupaya tampil sebagai pendukung utama perdagangan bebas dan terbuka, peran yang selama ini dipegang AS.

Presiden China Xi Jinping dalam pidato penutupan mengumumkan bahwa negaranya akan menjadi tuan rumah KTT APEC 2026 di Shenzhen.

Baca juga: Yordania-Jerman Sepakat Pasukan Internasional di Gaza Harus Ada Mandat PBB

Xi juga mengusulkan pembentukan Organisasi Kerja Sama Kecerdasan Buatan Dunia dan menandatangani deklarasi terpisah mengenai perubahan demografi serta teknologi AI, meski belum membahas regulasi yang lebih luas.

“China memanfaatkan ketidakhadiran Trump untuk membangun kedekatan dengan negara-negara yang khawatir atas melemahnya pengaruh AS dan bangkitnya China,” ujar Li Xing, profesor di Institut Strategi Internasional Guangdong.

“Mereka ingin meyakinkan mitra seperti Korea Selatan bahwa China tidak mengejar hegemoni, melainkan kesejahteraan bersama,” lanjutnya, sebagaimana diberitakan Reuters.

Namun, para analis menilai deklarasi bersama itu tetap berhati-hati agar tidak menyinggung AS atau menampilkan China sebagai satu-satunya penjaga tatanan perdagangan dunia.

“Hanya sedikit negara yang benar-benar percaya akan adanya tatanan baru yang mengecualikan Amerika Serikat,” ujar Heo.

Xi Jinping dan Lee Jae Myung bahas hubungan Seoul–Beijing

Usai KTT, Xi Jinping menutup kunjungan tiga harinya di Korea Selatan dengan menghadiri jamuan makan malam kenegaraan dan pertemuan puncak bersama Presiden Lee Jae Myung.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Global
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Global
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Global
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Global
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Global
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
Global
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Global
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Global
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Global
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Global
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Global
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Global
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Global
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Global
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau