ANKARA, KOMPAS.com - Pengadilan Turkiye pada Jumat (31/10/2025) menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada 11 orang, termasuk pemilik hotel, terkait kebakaran di sebuah resor ski mewah yang menewaskan 78 orang, di antaranya sekitar 30 anak-anak.
Kebakaran tersebut terjadi pada 21 Januari di Hotel Grand Kartal, kawasan pegunungan Kartalkaya di wilayah utara Turkiye. Hasil penyelidikan mengungkap adanya pelanggaran serius terhadap standar keselamatan.
Selain 78 korban tewas, sebanyak 137 orang mengalami luka-luka. Seluruh satu keluarga tewas dalam kebakaran itu, sementara foto-foto para korban dipajang oleh keluarga di luar gedung olahraga di kota Bolu, lokasi persidangan berlangsung.
Baca juga: 50.000 Orang Demo di Turkiye, CHP Tolak Sidang Pengadilan yang Dinilai Kudeta
Menurut laporan media lokal, pemilik, manajer, serta beberapa anggota dewan hotel termasuk di antara 11 orang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Seorang wakil wali kota Bolu dan kepala pemadam kebakaran setempat juga ikut dijatuhi hukuman penjara. Keputusan hakim disambut tepuk tangan dari para keluarga korban yang hadir di ruang sidang.
Selain itu, 18 terdakwa lainnya, kebanyakan karyawan hotel dijatuhi hukuman penjara antara 12 hingga 22 tahun. Dua juru masak dan seorang terdakwa lainnya dibebaskan, seperti dilaporkan kantor berita DHA.
Bilsay Sarper Arslan, keponakan salah satu korban, menyebut keputusan ini sebagai putusan bersejarah yang memberi sedikit ketenangan bagi keluarga yang berduka.
Penyelidikan juga menemukan alarm kebakaran hotel tidak berfungsi pada malam kejadian, sementara sejumlah peralatan gas tidak memenuhi standar keselamatan.
“Saya melakukan inspeksi rutin,” ujar Halit Ergul, pemilik Grand Kartal, di pengadilan. Ia membantah tuduhan kelalaian dan menyalahkan pemasok peralatan gas.
“Saya bahkan tidak mengizinkan kembang api saat pesta pernikahan di hotel karena tidak ingin burung-burung di sekitar mati,” tambahnya seperti dikutip dari AFP.
Tragedi ini memicu duka mendalam dan kemarahan publik di Turkiye, terutama karena banyaknya korban anak-anak.
Baca juga: Presiden Samia Suluhu Menang Telak di Tengah Protes Berdarah Tanzania
Para penyintas dan keluarga korban memberikan kesaksian menyayat hati selama persidangan, menggambarkan detik-detik api melalap hotel pada pukul 03.30 dini hari.
“Saya pergi ke pemakaman setiap hari. Tidak ada psikolog yang bisa menyembuhkan kesedihan seperti ini,” kata Hilmi Altin, korban yang kehilangan istri dan putri berusia sembilan tahun dalam kebakaran tersebut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang