Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yordania-Jerman Sepakat Pasukan Internasional di Gaza Harus Ada Mandat PBB

Kompas.com - 01/11/2025, 16:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

GAZA, KOMPAS.com – Yordania dan Jerman menegaskan bahwa pasukan internasional yang direncanakan untuk mendukung kepolisian Palestina di Gaza perlu memiliki mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pernyataan itu disampaikan pada Sabtu (1/11/2025), seiring pembahasan rencana pemerintahan pascaperang di wilayah tersebut berdasarkan inisiatif Presiden AS Donald Trump.

Rencana itu merupakan bagian dari gencatan senjata Gaza yang ditengahi Amerika Serikat antara Hamas dan Israel.

Baca juga: Israel Kembalikan 30 Jenazah Warga Palestina, Total Jadi 225 di Gaza

Dalam skema tersebut, koalisi yang terdiri dari negara-negara Arab dan Muslim diharapkan mengerahkan pasukan di Gaza untuk membantu stabilisasi pascaperang yang pecah sejak 7 Oktober 2023.

Pasukan stabilisasi internasional nantinya akan melatih dan mendukung kepolisian Palestina yang telah diverifikasi, dengan dukungan dari Mesir dan Yordania.

Selain itu, pasukan tersebut juga akan bertugas mengamankan wilayah perbatasan dan mencegah penyelundupan senjata ke Hamas.

“Kami semua sepakat bahwa agar pasukan stabilisasi dapat efektif dalam menjalankan tugasnya, pasukan tersebut harus memiliki mandat Dewan Keamanan,” ujar Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, dikutip dari AFP.

Namun, Safadi menegaskan Yordania tidak akan mengirimkan pasukannya sendiri ke Jalur Gaza.

“Kita terlalu dekat dengan masalah ini dan tidak dapat mengerahkan pasukan di Gaza. Namun, Yordania siap bekerja sama dengan pasukan internasional yang memiliki mandat tersebut,” katanya.

Safadi menyampaikan hal itu dalam konferensi Dialog Manama IISS di Bahrain bersama Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul. Wadephul mendukung pandangan tersebut dengan menegaskan bahwa misi di Gaza harus memiliki dasar hukum internasional yang kuat.

“Kami memahami bahwa hal ini sangat penting bagi negara-negara yang mungkin bersedia mengirim pasukan ke Gaza dan juga bagi Palestina. Jerman ingin melihat mandat yang jelas untuk misi ini,” ucap Wadephul.

Sementara itu, gagasan pembentukan pasukan stabilisasi menuai kritik dari sejumlah pakar PBB.

Mereka memperingatkan bahwa langkah tersebut berisiko menggantikan pendudukan Israel dengan pendudukan baru yang dipimpin Amerika Serikat, sehingga bertentangan dengan hak penentuan nasib sendiri rakyat Palestina.

Baca juga: Trump Pastikan Gencatan Senjata Gaza Tetap Berlaku meski Ada Serangan Israel

Selama beberapa dekade, PBB memang telah menugaskan pasukan penjaga perdamaian internasional di kawasan Timur Tengah, termasuk UNIFIL di Lebanon selatan.

Misi itu saat ini bekerja sama dengan tentara Lebanon untuk menegakkan gencatan senjata antara Hezbollah dan Israel yang tercapai pada November 2024.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Terkini Lainnya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Global
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Global
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Global
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Global
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Global
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
Global
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Global
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Global
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Global
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Global
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Global
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Global
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Global
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Global
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau