KOMPAS.com – Bayang-bayang kebijakan "tarif Trump" dari Amerika Serikat kerap menimbulkan kekhawatiran akan dampak buruknya terhadap perekonomian global, tak terkecuali Indonesia.
Sektor ekspor-impor yang padat karya seperti alas kaki, tekstil, dan elektronik dikhawatirkan akan terpukul.
Bahkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berpotensi terkoreksi menjadi 4,7 persen-5,0 persen akibat tekanan eksternal ini.
Baca juga: Sepanjang 2024, 59 Hektar Lahan Industri di Kota Deltamas Terjual
Namun, di tengah tantangan tersebut, pasar kawasan industri Indonesia menunjukkan ketahanan luar biasa.
Para pemilik lahan justru optimistis bahwa Indonesia mampu bangkit dari krisis global, didukung persepsi kuat sebagai salah satu destinasi investasi paling menjanjikan di Asia.
Pada kuartal II-2025 ini, pasokan lahan industri baru hanya bertambah sekitar 20 hektar. Angka ini terbilang marginal jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai dua kali lipatnya.
Menurut Associate Director Research and Consultancy Leads Property Services Indonesia Martin Samuel Hutapea mengungkapkan, penambahan ini menjadikan total pasokan kumulatif lahan industri mencapai 13.827 hektar.
Baca juga: Ada 15.609 Hektar Lahan Industri di Jakarta dan Sekitarnya
"Meskipun penambahan pasokan terbatas, kabar baiknya adalah penyerapan lahan (land absorption) justru meningkat positif dibandingkan kuartal sebelumnya, yaitu sekitar 89 hektare," ujar Martin.
Peningkatan ini mendorong total permintaan kumulatif menjadi 12.671 hektar, menandakan dukungan kuat terhadap sektor ini.
Kuatnya permintaan pada kuartal II-2025 ini, di tengah pasokan yang marginal, membuat tingkat penjualan pasar (market sales rate) menjadi 91,6 persen, naik 0,52 poin persentase.
Angka ini telah stabil di kisaran 91-92 persen selama lima tahun terakhir, menunjukkan keseimbangan yang sehat antara penawaran dan permintaan di pasar lahan industri.
Kontributor terbesar penjualan lahan pada kuartal ini adalah industri baterai kendaraan listrik (EV-battery).
Baca juga: Sektor Otomotif Dominasi Penyerapan Lahan Industri di Indonesia
Ini menunjukkan bagaimana Indonesia tengah serius menggarap potensi hilirisasi nikel dan menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global kendaraan listrik.
Setelah industri baterai EV, permintaan lahan juga didorong oleh sektor pusat data (data center), FMCG (Fast-Moving Consumer Goods), serta produsen mesin dan peralatan.
Peningkatan permintaan ini didorong oleh konsumsi domestik yang kuat dan orientasi ekspor.