Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Membantah Teori dengan Akal Sederhana

Kompas.com - 07/08/2024, 15:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TEORI adalah rumusan besar tentang mekanisme alam. Teori tidak hanya memuat cerita besar mekanisme alam itu, melainkan juga memuat detail proses.

Detail proses ini dihasilkan dengan beberapa mekanisme. Pertama, perumusan dalam teori tersebut.

Misalnya, dalam Teori Evolusi, setelah rumusan besar yang dibuat oleh Darwin, Mendel melengkapi detailnya melalui riset genetika dan pewarisan sifat.

Setelah itu detail-detail lanjutan teori itu terus ditambah. Hingga saat ini penambahan detail itu terus berlanjut, dan akan terus berlanjut.

Kedua, penemuan-penemuan dari cabang ilmu lain yang masih serumpun juga memperkuat penambahan detail tadi.

Teori Evolusi mendapat dukungan yang sangat kuat dan makin meyakinkan dengan perkembangan pengetahuan di bidang DNA dan genetika.

Peta genom yang dihasilkan melalui pemetaan DNA memberikan gambaran yang sangat jelas tentang hubungan kekerabatan antarspecies yang memperkuat peta yang telah lebih dahulu dibuat dengan dukungan data lain, seperti fosil dan anatomi.

Ketiga, bidang-bidang ilmu lain yang agak berjauhan juga memberikan dukungan. Misalnya, bidang biogeografi membantu memahami distribusi geografis spesies dan bagaimana isolasi geografis dapat memengaruhi evolusi.

Ilmu geologi, dengan penanggalan radiometrik, memungkinkan penentuan usia fosil dan lapisan tanah, memberikan konteks temporal yang penting untuk memahami urutan evolusi.

Selain itu, ilmu fisika, melalui studi tentang perubahan iklim dan kondisi lingkungan di masa lalu, juga membantu menjelaskan tekanan seleksi yang memengaruhi evolusi spesies.

Teori adalah rumusan komprehensif. Teori tidak hanya didukung oleh rangkaian fakta yang sangat panjang, tapi juga terhubung satu sama lain secara konsisten dan komprehensif.

Tidak ada pertentangan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Bahkan, suatu teori di suatu bidang, tidak boleh bertentangan dengan dengan teori lain dalam sains.

Dengan demikian teori tak mudah dibantah. Karena teori dibangun melalui riset yang panjang serta bukti-bukti yang sangat banyak dan komprehensif, membantah teori hanya bisa dilakukan melalui proses yang sama.

Teori hanya boleh berubah bila ada temuan dari serentetan riset yang valid. Berubah pun tidak serta merta membuat teori yang terdahulu menjadi salah sama sekali.

Penemuan baru yang sangat fundamental sekalipun tidak serta mengubah suatu teori secara keseluruhan. Yang berubah hanya satu bagian.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau