Kompas.com - Idul Adha adalah salah satu hari raya umat Islam yang dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah.
Hari Raya Idul Adha memiliki banyak sebutan lain di masyarakat Indonesia, seperti Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji.
Lantas, kenapa Idul Adha disebut Lebaran Haji? Simak penjelasan lengkap di bawah ini!
Baca juga: Mengapa Susu Merupakan Campuran Koloid? Ini Penjelasannya!
Mengutip Buku Di Balik 7 Hari Besar Islam (2012) karya KH. Muhammad Sholikhin, Idul Adha disebut Lebaran Haji karena saat itu bersamaan dengan puncak ibadah haji.
Pada tanggal 9 Dzulhijjah, umat Islam yang sedang ibadah haji tengah menjalani wukuf di Arafah.
Sedangkan yang tidak berhaji disunnahkan berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijah dan 9 Dzulhijjah, puasa ini juga disebut Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah.
Baca juga: Makna Idul Adha dalam Kehidupan Sehari-hari
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah, bulan ke-12 dalam penanggalan Islam.
Selain Lebaran Haji, Idul Adha disebut juga dengan Hari Raya Kurban atau Idul Kurban karena adanya penyembelihan hewan kurban sesuai syariat Islam.
Dalam Islam, sejarah penyembelihan hewan kurban memiliki akar yang kuat dengan kisah keteladanan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.
Baca juga: Mengapa Idul Adha Disebut Juga Lebaran Haji?
Dilansir dari Jurnal Menguak Hikmah di Balik Ibadah Qurban (2024) karya Idris Siregar dan kawan-kawan, ibadah qurban merujuk pada kisah ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.
Ketaatan Nabi Ibrahim ini diuji tatkala Allah SWT memberikan wahyu untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail, ketika sudah menginjak remaja.
Wahyu yang didapatkan dari mimpi ini lantas diceritakan Nabi Ibrahim kepada putranya tersebut. Dengan lantang, Nabi Ismail meyakinkan ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah.
Baca juga: 5 Alasan Kenapa Di Dalam Pesawat Tidak Boleh Merokok
Perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim ini juga tertulis dalam Al Quran surat As-Saffat ayat 102, yang artinya:
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! InsyaaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” Al Quran surat As-Safat ayat 102.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kemudian pergi ke sebuah tempat bernama Mina, lalu memanjatkan doa kepada Allah SWT sebelum menyembelih putranya.
Baca juga: Kenapa Lebaran Harus Memberi Uang Baru? Ini Alasannya