Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Virus HPV, Pemicu Utama Kanker Serviks yang Sering Diabaikan

Kompas.com - 04/06/2025, 06:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com – Dr. Indra Adi Susianto, MSi.Med, SpOG, menjelaskan bahwa infeksi virus Human Papillomavirus (HPV) merupakan penyebab utama kanker serviks yang masih kerap luput dari perhatian masyarakat.

Sebagai dosen Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata dan dokter spesialis kandungan di RSIA Anugerah Semarang, ia menekankan pentingnya pemahaman akan virus ini dalam upaya pencegahan kanker serviks.

“HPV, terutama tipe 16 dan 18, bertanggung jawab atas sekitar 70 persen kasus kanker serviks di seluruh dunia,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (2/6/2025).

Selain dua tipe tersebut, tipe lain seperti HPV 31, 33, 45, 52, dan 58 juga berpotensi menyebabkan kanker, meski risikonya lebih rendah.

Baca juga: Pap Smear dan Vaksin HPV, Kunci Utama Cegah Kanker Serviks

Infeksi yang umum, tapi berisiko

HPV adalah virus yang menyebar terutama melalui hubungan seksual, dan infeksi ini sangat umum terjadi.

Namun, sebagian besar kasus tidak menimbulkan gejala dan bisa sembuh sendiri. Masalah timbul ketika infeksi berlanjut dan menimbulkan perubahan sel di serviks yang disebut lesi prakanker.

“Kalau lesi ini tidak diketahui dan tidak diobati, ia bisa berkembang menjadi kanker serviks,” kata Indra.

Ia menambahkan, lesi prakanker pada serviks dikenal sebagai neoplasia intraepitel serviks (CIN) atau lesi intraepitel skuamosa (SIL).

Sebagian besar lesi ini dapat sembuh tanpa pengobatan, namun tetap perlu diawasi secara ketat melalui pemeriksaan rutin.

Baca juga: Kanker Serviks Masih Mengancam, Dokter Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini

Kenapa HPV sering diabaikan?

Salah satu alasan utama HPV kerap diabaikan adalah karena gejalanya yang nyaris tidak terasa di tahap awal.

Banyak perempuan baru menyadari adanya masalah setelah kanker serviks sudah mencapai stadium lanjut, ketika pengobatan menjadi lebih sulit.

“Pada stadium awal kanker serviks, biasanya tidak ada gejala. Gejala baru muncul saat sudah stadium 2B atau lebih tinggi,” jelasnya.

Gejala yang dapat muncul antara lain perdarahan setelah berhubungan seksual, keputihan berbau tidak sedap, nyeri panggul, atau gangguan buang air kecil.

Namun, ia menegaskan, deteksi dini jauh lebih efektif daripada menunggu timbulnya gejala.

Baca juga: Eliminasi Kanker Serviks 2030: Vaksinasi HPV Gratis dan Skrining Dini Jadi Solusi

Pentingnya deteksi dini dan vaksinasi

Untuk mencegah kanker serviks akibat HPV, Indra menganjurkan dua langkah utama: vaksinasi HPV dan pemeriksaan pap smear secara berkala.

Vaksin HPV sangat efektif jika diberikan sejak usia remaja, sebelum seseorang aktif secara seksual.

“Vaksinasi tidak menghilangkan kebutuhan untuk pap smear. Meski sudah divaksin, pap smear tetap wajib dilakukan rutin setiap tahun,” ujarnya.

Melalui pap smear, perubahan sel akibat infeksi HPV dapat dideteksi sejak awal sebelum berkembang menjadi kanker.

Dengan demikian, intervensi medis bisa dilakukan lebih cepat dan risiko kanker bisa ditekan.

HPV adalah virus umum yang dapat menyebabkan kanker serviks jika tidak ditangani dengan tepat.

Karena infeksi ini sering tidak bergejala, deteksi dini melalui pap smear dan pencegahan lewat vaksinasi menjadi sangat penting.

Edukasi dan kesadaran masyarakat akan peran HPV dalam kanker serviks perlu terus ditingkatkan agar upaya pencegahan bisa lebih efektif.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau