KOMPAS.com - Mencegah osteoporosis pada anak bisa dilakukan sejak dini. Tulang yang kuat pada masa kecil akan menjadi tabungan penting untuk masa depan.
“Anak dan remaja itu bisa tumbuh tulang padatnya optimal karena ini merupakan tabungan untuk mencegah terjadinya osteoporosis, patah tulang baik pada masa anak, remaja, maupun di masa tua nanti,” kata dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti, SpA, Subsp Endo(K), PhD, dilansir dari Antara, Rabu (22/10/2025).
Baca juga:
Tulang kuat sejak kecil bisa cegah osteoporosis pada masa tua. Apa saja yang bisa dilakukan? Simak saran dokter berikut ini. Menurut dr. Frida, di dalam tulang terdapat lempeng pertumbuhan (growth plate). Lempeng ini menentukan apakah anak masih bisa tumbuh tinggi atau tidak. Jika lempengnya sudah menutup, pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.
“Jadi kalau dia 12 tahun semuanya udah nutup, dia akan nutup, enggak bisa nambah tinggi lagi,” tutur dr. Frida.
Tulang anak juga mengalami dua proses penting yaitu modeling dan remodeling yang berlangsung terus-menerus hingga dewasa.
Modeling adalah proses ketika tulang tumbuh panjang dan tebal, sedangkan remodeling adalah proses pergantian jaringan tulang lama dengan yang baru.
Dr. Frida juga menggambarkan struktur tulang seperti sebuah rumah.
“Kalau kita umpamakan adalah tulang rangka kita ini kayak rumah, bagian mineralnya itu batu batanya, bagian kolagen itu semennya. Jadi bayangkan kalau rumah kita cuma batu batanya ditumpuk aja kena angin, roboh, supaya kuat maka batu batanya perlu direkatkan satu sama lain dengan menggunakan kolagen. Begitu juga dengan tulang kita,“ jelas dr. Frida.
Tulang kuat sejak kecil bisa cegah osteoporosis pada masa tua. Apa saja yang bisa dilakukan? Simak saran dokter berikut ini. Kepadatan tulang (densitas tulang) tidak hanya bertambah panjang atau tebal, tapi juga meningkat dalam kekuatannya.
Menurut dr. Frida, masa remaja adalah waktu penting ketika densitas tulang meningkat paling tinggi.
Puncaknya terjadi pada usia 20 hingga 30 tahun, lalu secara alami menurun seiring bertambahnya usia.
Oleh sebab itu, masa anak dan remaja adalah waktu terbaik untuk membangun tulang yang kuat agar tidak mudah rapuh pada masa tua.
Baca juga:
Tulang kuat sejak kecil bisa cegah osteoporosis pada masa tua. Apa saja yang bisa dilakukan? Simak saran dokter berikut ini. Ada dua faktor yang memengaruhi kepadatan tulang yakni faktor genetik dan faktor lain. Faktor genetik tidak bisa diubah, tapi ada faktor lain yang masih bisa diperbaiki
Menurut dr. Frida, beberapa hal penting yang harus diperhatikan, salah satunya pastikan pubertas anak berlangsung normal. Hormon estrogen pada perempuan dan testosteron pada laki-laki berperan penting karena keduanya merupakan hormon antiosteoporotik yang kuat.
Selanjutnya, pastikan buah hati rutin mengolah fisik. Olahraga membantu memperkuat tulang karena memberi tekanan mekanik (mechanical force).
Aktivitas seperti lari, lompat tali, atau bermain sepak bola dapat merangsang tulang untuk menjadi lebih kuat.
Asupan nutrisi juga sebaiknya diperhatikan. Anak tidak boleh terlalu gemuk atau terlalu kurus. Nutrisi penting untuk tulang meliputi vitamin D, kalsium, magnesium, fosfat, zinc, serta cukup protein dan karbohidrat.
"Kalau yang penting sekali untuk tulang vitamin D harus optimal, kemudian kalsiumnya, dan mineral yang penting, magnesium, zinc penting," ucapnya.
Baca juga:
Tulang kuat sejak kecil bisa cegah osteoporosis pada masa tua. Apa saja yang bisa dilakukan? Simak saran dokter berikut ini. Osteoporosis pada anak terbagi dua jenis yakni primer dan sekunder. Osteoporosis primer biasanya disebabkan oleh kelainan genetik, seperti osteogenesis imperfecta (OI).
Sementara itu, osteoporosis sekunder terjadi karena penyakit lain, seperti leukemia, rheumatoid arthritis, gangguan ginjal, atau kelainan hormon seperti pubertas yang terlambat.
Ciri-ciri anak dengan osteogenesis imperfecta bisa terlihat sejak dalam kandungan. Saat pemeriksaan USG, tulangnya tampak bengkok.
Setelah lahir, tanda lain seperti kaki atau tangan bengkok dan tinggi badan yang tidak bertambah normal juga bisa menjadi petunjuk.
“Begitu lahir, akan kelihatan juga tulangnya lebih bengkok-bengkok. Kalau ada keluarga yang punya riwayat yang sama ada kemungkinan bahwa bisa meningkatkan risiko, anak pendek terus kaki atau tungkai, lengannya bengkok-bengkok, itu ada kemungkinan juga bisa OI,” tutur dr. Frida.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang