KOMPAS.com — Ketimpangan distribusi hewan kurban masih jadi masalah klasik tiap Idul Adha. Di kota besar seperti Jakarta, daging kurban berlimpah. Tapi di wilayah 3T —terpencil, terluar, terdalam— sebagian warga bahkan tak mencicipinya.
Menjawab kesenjangan ini, Dompet Dhuafa menggulirkan program Tebar Hewan Kurban (THK) ke daerah-daerah minim pekurban, termasuk Provinsi Lampung.
Hal ini disampaikan Wawan Setiawan, Supervisor Program Pemberdayaan Masyarakat Kota Lampung, dalam acara Jurnalis Press Touring bertajuk Kurban Se-Ngaruh Itu pada Rabu (21/5/2025).
“Kalau di Jakarta, daging cukup banyak, antusiasme berkurban juga tinggi. Sementara di daerah-daerah seperti Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Barat, dan Tanggamus bahkan mengalami defisit kurban,” ujar Wawan saat ditemui di lokasi kemitraan DD Farm, Gading Rejo, Pringsewu.
Wawan menambahkan, dua tahun terakhir, beberapa wilayah di Lampung Selatan tidak menerima hewan kurban sama sekali.
“Jadi masyarakat di sana tidak bisa merasakan daging yang seharusnya bisa mereka nikmati, setidaknya setahun sekali,” lanjutnya.
THK menjembatani semangat berkurban masyarakat urban dengan kebutuhan gizi warga pelosok. Hewan kurban dari kota-kota besar disalurkan ke desa-desa yang minim pekurban.
“H-1 Idul Adha, domba-domba akan dibawa ke daerah terpencil dan disembelih oleh masyarakat setempat pada hari raya,” terang Wawan.
Baca juga: Studi: Pria Hasilkan Emisi Lebih Tinggi, Mobil dan Daging Sebabnya
Masyarakat dilibatkan langsung dalam proses penyembelihan hingga distribusi daging.
Tahun ini, Dompet Dhuafa menargetkan penyaluran sekitar 35 ribu domba dan kambing secara nasional. Di Lampung, targetnya 320 domba ke empat daerah prioritas: Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Barat, dan Tanggamus.
Kepala Cabang Dompet Dhuafa Kota Lampung, Nandrianto, menyebut program ini juga memberdayakan peternak lokal. Domba diperoleh dari mitra binaan.
“Program ini jadi upaya pemerataan manfaat kurban sekaligus memberdayakan peternak kecil,” ujarnya.
Namun, tantangan tetap ada. Salah satunya stok domba sesuai standar kualitas. DD Farm menetapkan empat kelas: premium (29–32 kg), medium (26–28 kg), standar (23–25 kg), dan ekonomis (18–22 kg).
“Kadang targetnya 20 domba premium, tapi yang lolos quality control hanya 15. Tapi karena tadi, kami bermitra juga dengan peternak lain, termasuk peternak rumahan dan UMKM, jadi bisa saling melengkapi,” jelas Wawan.
Distribusi ke daerah 3T juga terkendala infrastruktur.
“Ambil contoh saja kalau kita mau ke Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, di sana medannya masih tanah. Saat cuaca bagus pun susah dilalui, apalagi saat musim hujan makin licin,” tuturnya.
Meski begitu, semangat menebar manfaat kurban tetap menyala. Satu domba premium bisa dibagi jadi 18 bungkus daging.
“Target kita membawa sekitar 30 hewan kurban ke setiap daerah, harapannya bisa cukup untuk menjangkau banyak warga,” tambah Wawan.
Program THK telah berjalan sejak 1994, setahun setelah Dompet Dhuafa berdiri. Hingga kini, spiritnya tetap: menghadirkan keadilan sosial agar momen kurban juga dinikmati mereka yang jauh dari pusat perhatian.
Baca juga: Sebar Kurban di Pelosok Maluku, Human Initiative Hadirkan Harapan untuk Warga
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya