JAKARTA, KOMPAS.com - Mind ID menyebutkan teknologi high pressure acid leach (HPAL) akan menjadi teknologi pengolahan bijih nikel berkadar rendah, yang berdampak positif terhadap efisiensi energi dan penurunan emisi.
HPAL saat ini sedang dibangun oleh PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako dan Morowali, serta diusung oleh PT Aneka Tambang Tbk.
Corporate Secretary Mind ID, Pria Utama, menyampaikan efisiensi energi maupun pengurangan emisi menjadi prioritas perusahaan.
"Dengan HPAL, kami optimistis pengolahan bijih nikel dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga lingkungan sebagai satu-satunya tempat hidup manusia di masa depan,” kata Pria dalam keterangannya, Rabu (28/5/2025).
Baca juga: Peneliti: Hilirisasi Baja Perlu Perhatikan Aspek Keberlanjutan
Dia menjelaskan bahwa HPAL adalah teknologi pengolahan untuk memproses bijih nikel laterit, khususnya jenis limonit yang selama ini belum optimal dimanfaatkan melalui teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF).
Melalui pemanasan bijih nikel laterit pada suhu di atas 225 derajat celsius dan tekanan 4–5 mega pascal, serta penambahan asam sulfat dalam reaktor, HPAL mampu mengekstraksi logam nikel dan kobalt menjadi mixed hydroxide precipitate. Ini merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik.
Menurut Pria, teknologi HPAL memiliki intensitas energi yang lebih rendah dan menghasilkan emisi karbon lebih kecil dibandingkan RKEF.
Keunggulan lainnya, memungkinkan optimalisasi konsumsi energi melalui integrasi sistem pemanfaatan panas limbah dan digitalisasi proses produksi.
Hal ini menjadi jalan untuk penguatan efisiensi yang lebih signifikan dalam rantai pasok industri nikel, sekaligus berkontribusi terhadap penurunan emisi Scope 1 dan 2.
Baca juga: Mengimplementasikan Standar ESG di Industri Nikel Nasional
"Pemanfaatan teknologi seperti HPAL menjadi bukti bahwa pertumbuhan industri dan kepedulian terhadap lingkungan dapat berjalan beriringan," ungkap Pria.
"Langkah ini mendorong Indonesia menuju masa depan energi yang bersih, efisien, dan lebih berdaya saing di kancah global," imbuh dia.
Pria menyampaikan bahwa MHP yang dihasilkan melalui HPAL bakal menjadi bahan utama untuk memproduksi sel baterai kendaraan listrik, yakni komponen krusial dalam mendorong percepatan transisi energi dan elektrifikasi transportasi.
Dengan begitu, ia menilai, Indonesia mampu mempersiapkan ekosistem industri kendaraan listrik.
Baca juga: Perusahaan Tambang Nikel Mulai Tergerak Implementasikan Sustainable Mining
"Kami yakin Indonesia dapat menjawab kebutuhan kendaraan listrik domestik secara mandiri, dan bahkan mampu menjadi kontributor dalam menjawab permintaan pasar global," papar dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya