JAKARTA, KOMPAS.com — Perwakilan dari WRI di Climate Solutions Partnership (CSP), Arif Utomo, mengatakan setidaknya ada tiga tantangan besar dalam upaya dekarbonisasi industri di Indonesia.
Hal ini disampaikannya dalam acara Sesi Pembekalan Jurnalis oleh Climate Solutions Partnership di Jakarta Selatan, Selasa (27/5/2025).
Berdasarkan hasil riset internal CSP, sektor industri menyumbang hingga 74,5 persen emisi karbon—angka yang berkontribusi signifikan terhadap kenaikan suhu bumi yang kini telah mencapai 1,5 derajat Celcius. Kenaikan ini bisa membawa dampak domino terhadap keberlangsungan hidup manusia.
Baca juga: Industri Sumbang 34 Persen Emisi, CSP Dorong Dekarbonisasi
“Karena itu, penting untuk melakukan dekarbonisasi demi menjaga suhu global tidak melampaui ambang 1,5 derajat Celcius. Namun, ada sejumlah tantangan nyata di depan,” ujar Arif.
Menurut Arif, tiga tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya panduan teknis atau guideline, belum adanya kebijakan yang mendorong transisi energi secara menyeluruh, serta keterbatasan akses pendanaan.
“Kami sudah melakukan survei. Hasilnya, 54 persen dari 22 sektor usaha belum memahami bagaimana mendapatkan pendanaan privat yang mendukung transisi energi,” jelasnya.
Tantangan tersebut menjadi dasar bagi CSP untuk mendorong berbagai dukungan, termasuk dari sisi teknis dan finansial, agar pelaku industri dapat melakukan transisi energi.
Perwakilan dari WWF di CSP, Chrisandini, menambahkan bahwa upaya transisi perlu dimulai dari pemahaman dasar atas emisi yang dihasilkan. Menurutnya, perusahaan perlu menyusun rencana tujuan serta peta jalan pengurangan emisi yang selaras dengan Perjanjian Paris.
“Dengan memiliki roadmap yang jelas, perusahaan bisa tahu dari sisi mana mereka harus mulai mengurangi konsumsi energi tinggi emisi,” kata Chrisandini.
Ia menyebut, CSP telah memberikan pelatihan tidak hanya kepada sektor industri, tetapi juga kepada lembaga keuangan. Pasalnya, pemahaman kedua belah pihak mengenai transisi energi masih terbatas.
Di tingkat praktis, CSP juga menunjukkan bagaimana proses transisi dilakukan, seperti melalui pendampingan terhadap perusahaan tekstil. Di sisi lembaga keuangan, edukasi difokuskan pada peran bank sebagai aktor pendukung keberhasilan transisi energi di sektor industri.
Baca juga: Bahan Bakar Hidrogen Jadi Salah Satu Strategi Dekarbonisasi Indonesia
Selain itu, Chrisandini juga menyinggung penggunaan biomassa sebagai alternatif penggunaan batu bara sebagai sumber energi produksi. Menurutnya, biomassa tidak sepenuhnya net-zero.
“Biomassa tetap menyumbang efek rumah kaca. Karena itu, perlu ada kebijakan yang memastikan biomassa yang digunakan benar-benar rendah emisi dan berdampak positif terhadap lingkungan,” ujarnya.
Ia menekankan, meskipun tantangan dekarbonisasi industri masih besar, upaya ke arah tersebut tetap memungkinkan dilakukan—asal ada komitmen lintas sektor dan dukungan kebijakan yang selaras.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya