JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah bakal membangun transmisi sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) untuk mengalirkan listrik ke wilayah pelosok Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan jaringan transmisi nantinya menghubungkan listrik dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) ke gardu induk PT PLN. Kemudian disalurkan melalui jaringan distribusi ke pelanggan atau end user.
"Untuk bisa menghubungkan energi baru terbarukan ini kita harus punya jaringan. Kami harusnya target (EBT) 23 persen, sekarang baru 15-16 persen," ujar Bahlil dalam keterangannya, Sabtu (31/5/2025).
"Kita semua sudah programkan EBT, tetapi ternyata tidak ada jaringannya. Ini yang membuat masalah besar," imbuh dia.
Baca juga: Cetak Rekor, Pembangkit EBT Suplai 32 Persen Listrik Dunia pada 2024
Rancangan pembangunan jaringan transmisi tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034. Pembangunan ini mempermudah interkoneksi pembangkit EBT hingga ke rumah tangga.
Bahlil menjelaskan, akan terbangun 13,9 kms jaringan transmisi di wilayah Jawa, Madura, dan Bali. Lalu 11,2 kms di Sumatera dan 9,8 kms untuk Kalimantan.
Adapun di Sulawesi akan terbangun 9 kms transmisi serta 3,9 kms di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara.
"Pembangunan penyaluran ketenagalistrikan ini membuka peluang investasi sebesar Rp 565,3 triliun," ucap Bahlil.
Baca juga: Pemerintah Komitmen Tekan Emisi meski Target EBT Tak Tercapai Tahun Ini
Selain itu, peluang lapangan kerja yang mencakup kebutuhan industri manufaktur, konstruksi, operasi, pemeliharaan transmisi dan gardu induk, termasuk distribusi juga terbuka bagi 881.132 tenaga kerja.
Bahlil berharap seluruh pembangunan transmisi dan gardu induk dapat memaksimalkan penggunaan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dengan harga lebih kompetitif dan meminimalisasi impor.
"Ini saya harapkan tidak ada impor ya. Dimaksimalkan semua industri dalam negeri. Karena ini investasinya sekitar Rp 400-500 triliun hanya untuk transmisi sama gardu induk. Ini opportunity bagus," tutur Bahlil.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya