KOMPAS.com - Laporan baru lembaga think tank InfluenceMap menemukan bahwa bank-bank terbesar di Inggris sebagian besar membiayai perusahaan bahan bakar fosil meskipun telah membuat komitmen publik untuk mencapai nol emisi bersih pada 2050.
Menurut InfluenceMap, bank-bank terbesar seperti Barclays, HSBC, Lloyds, dan NatWest menginvestasikan 119 miliar poundsterling dalam bisnis bahan bakar fosil, termasuk minyak dan gas antara tahun 2020 hingga 2024.
Angka tersebut sekitar dua kali lipat investasi ramah lingkungan selama periode yang sama.
Melansir Know ESG, Rabu (30/5/2025) Lloyds, HSBC, dan Barclays masih condong dalam mendanai industri yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dibandingkan dengan investasi yang mendukung keberlanjutan.
Lloyds mengalirkan 3,1 kali lebih banyak dana ke proyek bahan bakar fosil dibandingkan kegiatan hijau.
Baca juga: Emisi Industri Bahan Bakar Fosil Picu Kenaikan Signifikan Permukaan Laut
Sedangkan HSBC mengikuti di belakangnya dengan pendanaan 2,9 kali lebih banyak. Barclays menunjukkan pendanaan yang lebih kecil dibandingkan dua lainnya, yakni dengan mendanai 1,8 kali lebih banyak untuk bahan bakar fosil daripada kegiatan hijau.
"Meskipun bank-bank tersebut mungkin secara lisan menyatakan komitmen terhadap tujuan iklim, tindakan nyata mereka bertentangan dengan tujuan tersebut dan pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi negatif bagi stabilitas keuangan mereka sendiri dalam jangka panjang," ungkap Bonnie Steinberg, analis senior di InfluenceMap.
Sementara itu, NatWest mendanai lebih banyak kegiatan hijau daripada bahan bakar fosil, menunjukkan komitmen yang lebih baik terhadap keberlanjutan dibandingkan dengan Lloyds, HSBC, dan Barclays.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun demikian, NatWest dan semua bank besar Inggris lainnya masih belum sepenuhnya berhenti mendukung industri bahan bakar fosil, termasuk ekspansinya.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa bank-bank tersebut mendukung bisnis yang mencemari lingkungan melalui kebijakan dan praktik lobi mereka.
Meskipun ada beberapa pembatasan pada investasi langsung dalam perluasan bahan bakar fosil baru, kebijakan ini memiliki celah yang memungkinkan mereka mendukung pencemar besar tanpa hukuman.
Artinya, uang masih dapat mengalir deras ke industri-industri dengan emisi tinggi secara tidak langsung atau melalui mekanisme pembiayaan lainnya.
Sebagai informasi, Barclays dan HSBC dilaporkan melobi pemerintah Inggris untuk melemahkan regulasi keuangan berkelanjutan di Inggris.
Baca juga: Transisi dari Bahan Bakar Fosil Bisa Perkuat Ketahanan Energi Negara
Tindakan lobi ini secara tegas menimbulkan pertanyaan tentang praktik greenwashing.yang merajalela di pasar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) saat ini, karena tidak adanya undang-undang yang ketat.
Laporan juga memperingatkan bahwa dengan terus mendanai bahan bakar fosil, bank bukan hanya memperburuk krisis iklim global tetapi juga menciptakan risiko keuangan yang besar bagi diri mereka sendiri dalam jangka panjang karena aset-aset fosil tersebut kemungkinan besar akan kehilangan nilai di tengah kebijakan iklim yang semakin ketat.
Steinberg berpendapat bank-bank pun perlu mengubah kebijakan mereka secara fundamental agar selaras dengan janji-janji iklim ambisius mereka.
Ini berarti mereka harus berhenti mendanai proyek-proyek bahan bakar fosil yang ekspansif dan sebaliknya, mengalihkan investasi mereka secara serius ke teknologi dan kegiatan hijau pada bukti ilmiah yang kuat.
Tanpa perubahan ini, janji-janji iklim bank akan tetap menjadi greenwashing dan tidak efektif.
Baca juga: AS Tarik Diri, China Maju Bangun Proyek dan Salurkan Dana Iklim ke Pasifik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya