Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curah Hujan Sangat Minim, NTB Kini Berstatus "Awas" Kekeringan

Kompas.com - 02/09/2025, 12:37 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini masih mengalami musim kemarau yang membuat status awas kekeringan kian meluas yang melanda 11 kecamatan di lima kabupaten dan satu kota di provinsi itu.

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana di Mataram, Senin (1/9/2025), mengatakan curah hujan tergolong rendah hanya 0 sampai 50 milimeter per dasarian.

"Kondisi itu menunjukkan sebagian besar wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau," ucapnya seperti dikutip Antara.

Nindya menuturkan sebagian kecil wilayah di Lombok Tengah dan Lombok Timur mengalami curah hujan menengah, namun hujan yang terjadi belum cukup signifikan untuk mengatasi kekeringan.

Data BMKG melalui pemantauan hari tanpa hujan (HTH) terlihat adanya wilayah yang telah mengalami hari kering lebih dari 60 hari berturut-turut. Hal itu dikategorikan sebagai kekeringan ekstrem.

Daerah yang mengalami status awas kekeringan di Nusa Tenggara Barat adalah Kabupaten Dompu (Kecamatan Kilo), Kabupaten Bima (Monta, Palibelo, Soromandi, Sape), Kota Bima (Raba), Kabupaten Sumbawa (Lape, Labuhan Badas, Moyo Utara), Lombok Timur (Sambelia), dan Lombok Utara (Bayan).

"Potensi kekeringan meteorologis meningkat tajam. Kami mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah tersebut agar siaga terhadap risiko lanjutan, seperti kekurangan air bersih dan kebakaran lahan," kata Nindya.

Baca juga: Dampak Kekeringan pada Pohon Minim, tapi Perubahan Iklim Tingkatkan Angka Kematiannya

Selain status awas, BMKG juga menetapkan status siaga untuk delapan kecamatan di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Dompu (Kecamatan Dompu, Kempo, Manggalewa dan Pekat), Kabupaten Bima (Kecamatan Bolo, Madapangga, dan Sanggar), serta Kabupaten Sumbawa (Kecamatan Unter Iwes).

BMKG mencatat curah hujan tertinggi hanya terjadi di Pos Hujan Mantang, Kabupaten Lombok Tengah, sebesar 68 milimeter per dasarian, angka yang masih di bawah rata-rata normal.

Kondisi atmosfer turut memperkuat musim kemarau, dengan indeks Indian Ocean Dipole (IOD) menunjukkan fase negatif sebesar minus 1,04 dan diprediksi bertahan hingga Desember 2025. Sementara itu, ENSO berada dalam kondisi netral.

Peluang hujan pada dasarian I September 2025 diperkirakan masih rendah. Wilayah dengan peluang hujan lebih dari 20 milimeter per dasarian hanya mencakup sebagian Lombok Barat, Lombok Tengah bagian utara, dan sebagian kecil Lombok Timur.

BMKG sejauh ini belum mendeteksi potensi hujan deras di Nusa Tenggara Barat. Peringatan dini terkait curah hujan tinggi untuk seluruh wilayah provinsi masih dinyatakan nihil.

BMKG mengimbau masyarakat untuk menghemat penggunaan air, memanfaatkan tampungan air hujan, dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana kekeringan maupun kebakaran lahan.

Baca juga: Inovasi Baru, Ilmuwan Bikin Alat untuk Perkirakan Dampak Sosial Kekeringan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau