KOMPAS.com - Lautan telah lama menopang kehidupan manusia, tetapi sebuah studi baru dari University of California Santa Barbara (UCSB) menunjukkan bahwa peningkatan tekanan yang berasal dari iklim dan manusia mendorong lautan menuju titik kritis yang berbahaya.
Peneliti di Pusat Analisis dan Sintesis Ekologi Nasional (NCEAS) UCSB tersebut mengungkapkan dampak kumulatif dari aktivitas manusia terhadap lautan yang sudah substansial, akan berlipat ganda pada tahun 2050 atau hanya dalam 25 tahun saja.
"Ini tidak terduga karena dampaknya akan meningkat begitu banyak dan cepat," kata ahli ekologi kelautan dan direktur NCEAS, Ben Halpern seperti dikutip dari Phys, Kamis (4/9/2025).
Baca juga: Peta Global Ungkap Wilayah Laut Paling Terancam Sampah Plastik
Peneliti juga menemukan bahwa daerah tropis dan kutub akan mengalami kerusakan tercepat, dan bahwa wilayah pesisir akan merasakan dampak terberat dari peningkatan kerusakan tersebut.
Pesisir di seluruh dunia diperkirakan akan menanggung beban terberat dari peningkatan dampak kumulatif ini mengingat sebagian besar aktivitas manusia yang memanfaatkan laut berada di dekat pesisir.
Dampak tingkat tinggi di masa depan tersebut bisa jadi melampaui kemampuan ekosistem untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Hal ini, pada gilirannya, akan menghadirkan berbagai tantangan bagi masyarakat dan institusi manusia.
"Banyak negara bergantung pada laut untuk makanan, mata pencaharian, dan manfaat lainnya," kata Halpern.
Pemanasan lautan dan penurunan jumlah biomassa akibat penangkapan ikan diperkirakan akan menjadi pemicu terbesar bagi dampak kumulatif di masa mendatang.
Para penulis berpendapat bahwa penerapan kebijakan untuk mengurangi perubahan iklim dan memperkuat pengelolaan perikanan bisa menjadi cara efektif untuk mengelola dan mengurangi dampak manusia.
Baca juga: Teliti Mikropastik di Laut Indonesia, BRIN Gelar Eskpedisi Selama 31 Hari
Memberi prioritas pada pengelolaan habitat yang diprediksi akan sangat terpengaruh seperti rawa asin dan hutan bakau juga dapat membantu mengurangi tekanan yang dialami habitat tersebut.
Para peneliti berharap tindakan efektif dapat diambil lebih cepat untuk meminimalkan atau mengurangi dampak dari meningkatnya tekanan akibat aktivitas manusia.
"Mampu melihat ke masa depan adalah alat perencanaan yang sangat ampuh. Dan kita masih bisa mengubah masa depan itu. Makalah ini merupakan peringatan," tambah kata Halpern.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya