Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peta Global Ungkap Wilayah Laut Paling Terancam Sampah Plastik

Kompas.com - 03/09/2025, 17:30 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Para ilmuwan dari Tulane University telah menerbitkan penilaian global pertama yang menunjukkan di mana plastik menimbulkan risiko ekologis terbesar bagi ekosistem laut.

Upaya tersebut mengungkapkan bahwa wilayah dengan risiko tertinggi tidak selalu merupakan "tumpukan sampah" di mana plastik terlihat menumpuk, melainkan sering kali merupakan tempat di mana plastik tumpang tindih dengan kehidupan laut yang padat dan polutan.

Itu berarti bahkan perairan dengan tingkat plastik yang relatif sedikit pun dapat menghadapi ancaman ekologis yang parah.

Melansir Phys, Selasa (2/9/2025) studi yang dipublikasikan di Nature Sustainability ini tidak sekadar mengukur di mana plastik menumpuk.

Sebaliknya, studi ini memetakan "titik-titik panas risiko ekologis" di seluruh dunia. Pemetaan dilakukan dengan mengevaluasi empat cara utama plastik membahayakan kehidupan laut seperti tertelan, terjerat, membawa polutan beracun, dan melepaskan bahan kimia berbahaya saat plastik terurai.

Baca juga: Teliti Mikropastik di Laut Indonesia, BRIN Gelar Eskpedisi Selama 31 Hari

"Polusi plastik di laut secara luas diakui sebagai masalah global, tetapi risiko ekologis yang ditimbulkannya masih kurang dipahami," kata Yanxu Zhang, penulis utama studi, yang merupakan profesor di Earth and Environmental Sciences at Tulane School of Science and Engineering.

"Kami ingin mengisi kesenjangan pengetahuan ini dengan secara sistematis menilai bagaimana plastik berinteraksi dengan kehidupan laut dan ekosistem melalui berbagai jalur risiko," katanya lagi.

Tim peneliti kemudian menggunakan metode komputasi yang baru dikembangkan untuk mengevaluasi risiko.

Dengan mengintegrasikan model global tentang plastik di lautan, distribusi spesies laut, dan tingkat polutan, mereka menciptakan kerangka kerja baru yang komprehensif untuk menilai ancaman ekologis.

Temuan ini menekankan perlunya memprioritaskan pembersihan dan pencegahan tidak hanya di area dengan penumpukan plastik yang terlihat, tetapi juga di wilayah di mana kehidupan laut paling rentan.

Studi juga menemukan zona berisiko tinggi mencakup wilayah Samudra Pasifik Utara dan Atlantik Utara lintang tengah, beberapa bagian Samudra Hindia Utara, dan pesisir Asia Timur.

Di beberapa kasus, perairan yang kaya nutrisi dengan kehidupan laut yang melimpah juga bisa terancam sampah plastik, bahkan ketika tingkat plastik tidak terlalu tinggi.

Sementara wilayah pesisir dekat lokasi penangkapan ikan yang ramai sangat rentan terhadap bahaya terjerat dari "ghost gear," istilah untuk alat tangkap ikan yang ditinggalkan di laut, seperti jaring insang, perangkap, tali pancing, dan pukat.

Studi tersebut juga mengidentifikasi bahwa plastik berperan sebagai "jalur pengangkut" bagi polutan.

Baca juga: Rumput Laut di Pantai Serap Karbon, tetapi Juga Sumber Emisi Metara

Contohnya adalah metilmerkuri yang neurotoksik dan bahan kimia abadi (forever chemicals atau PFOS), yaitu dua jenis kontaminan yang dapat menumpuk dalam rantai makanan laut dan membahayakan kesehatan manusia.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau