KOMPAS.com - Para ilmuwan dari Tulane University telah menerbitkan penilaian global pertama yang menunjukkan di mana plastik menimbulkan risiko ekologis terbesar bagi ekosistem laut.
Upaya tersebut mengungkapkan bahwa wilayah dengan risiko tertinggi tidak selalu merupakan "tumpukan sampah" di mana plastik terlihat menumpuk, melainkan sering kali merupakan tempat di mana plastik tumpang tindih dengan kehidupan laut yang padat dan polutan.
Itu berarti bahkan perairan dengan tingkat plastik yang relatif sedikit pun dapat menghadapi ancaman ekologis yang parah.
Melansir Phys, Selasa (2/9/2025) studi yang dipublikasikan di Nature Sustainability ini tidak sekadar mengukur di mana plastik menumpuk.
Sebaliknya, studi ini memetakan "titik-titik panas risiko ekologis" di seluruh dunia. Pemetaan dilakukan dengan mengevaluasi empat cara utama plastik membahayakan kehidupan laut seperti tertelan, terjerat, membawa polutan beracun, dan melepaskan bahan kimia berbahaya saat plastik terurai.
Baca juga: Teliti Mikropastik di Laut Indonesia, BRIN Gelar Eskpedisi Selama 31 Hari
"Polusi plastik di laut secara luas diakui sebagai masalah global, tetapi risiko ekologis yang ditimbulkannya masih kurang dipahami," kata Yanxu Zhang, penulis utama studi, yang merupakan profesor di Earth and Environmental Sciences at Tulane School of Science and Engineering.
"Kami ingin mengisi kesenjangan pengetahuan ini dengan secara sistematis menilai bagaimana plastik berinteraksi dengan kehidupan laut dan ekosistem melalui berbagai jalur risiko," katanya lagi.
Tim peneliti kemudian menggunakan metode komputasi yang baru dikembangkan untuk mengevaluasi risiko.
Dengan mengintegrasikan model global tentang plastik di lautan, distribusi spesies laut, dan tingkat polutan, mereka menciptakan kerangka kerja baru yang komprehensif untuk menilai ancaman ekologis.
Temuan ini menekankan perlunya memprioritaskan pembersihan dan pencegahan tidak hanya di area dengan penumpukan plastik yang terlihat, tetapi juga di wilayah di mana kehidupan laut paling rentan.
Studi juga menemukan zona berisiko tinggi mencakup wilayah Samudra Pasifik Utara dan Atlantik Utara lintang tengah, beberapa bagian Samudra Hindia Utara, dan pesisir Asia Timur.
Di beberapa kasus, perairan yang kaya nutrisi dengan kehidupan laut yang melimpah juga bisa terancam sampah plastik, bahkan ketika tingkat plastik tidak terlalu tinggi.
Sementara wilayah pesisir dekat lokasi penangkapan ikan yang ramai sangat rentan terhadap bahaya terjerat dari "ghost gear," istilah untuk alat tangkap ikan yang ditinggalkan di laut, seperti jaring insang, perangkap, tali pancing, dan pukat.
Studi tersebut juga mengidentifikasi bahwa plastik berperan sebagai "jalur pengangkut" bagi polutan.
Baca juga: Rumput Laut di Pantai Serap Karbon, tetapi Juga Sumber Emisi Metara
Contohnya adalah metilmerkuri yang neurotoksik dan bahan kimia abadi (forever chemicals atau PFOS), yaitu dua jenis kontaminan yang dapat menumpuk dalam rantai makanan laut dan membahayakan kesehatan manusia.
Risiko semakin tinggi di wilayah di mana plastik yang terkontaminasi lebih mudah tertelan oleh organisme laut.
Ke depannya, para peneliti memodelkan beberapa skenario berdasarkan tingkat pengurangan sampah plastik yang berbeda. Jika tidak ada tindakan global yang lebih kuat, risiko tertelan bisa meningkat hingga tiga kali lipat pada 2060.
Sebaliknya, upaya terkoordinasi untuk membatasi pemakaian plastik dan memperbaiki sistem pengelolaan sampah, terutama di kawasan yang pesat perkembangannya dapat secara substansial mengurangi ancaman tersebut.
"Dengan membuat peta risiko ekologis plastik secara global, kami memberikan landasan ilmiah untuk menentukan prioritas pembersihan laut dan pembuatan kebijakan," ujar Zhang.
"Studi ini hadir pada waktu yang sangat krusial, saat negosiasi perjanjian plastik global sedang berlangsung, dan kami berharap temuan kami bisa membantu mengarahkan upaya yang akan memberikan dampak terbesar," tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya