JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq merindukan langit biru di Jakarta, yang pernah terjadi saat pembatasan aktivitas sosial akibat maraknya penularan Covid-19.
Menurut Hanif, hanya momentum pandemi Covid-19 yang dapat 'membersihkan' polusi udara Jakarta.
"Hampir setiap hari kita bisa melihat langit biru di Jakarta waktu itu, hari ini dan seterusnya mungkin kita tidak akan pernah melihat lagi langit biru di Jakarta," ujar Hanif dalam sebuah acara di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Baca juga: PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Sumber utama polusi udara di Jakarta berasal dari kendaraan berbahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini diperparah dengan sebagian besar BBM di Indonesia berkualitas buruk, yang memiliki kandungan sulfur tinggi. Imbasnya, langit biru kemungkinan tidak akan pernah lagi tampak di Jakarta.
"Karena BBM yang menjadi kontributor terbesar kualitas udara tidak sehat di Jakarta belum diturunkan kapasitas tingkat sulfurnya sesuai persyaratan WHO atau Badan Kesehatan Dunia, sehingga hari ini maklum saja, kita kita mungkin hampir tidak pernah melihat langit biru di Jakarta," tutur Hanif.
Ia menganggap perlu adanya upaya untuk mengembalikan langit biru di Jakarta. Apalagi, Jakarta merupakan kota yang dihuni banyak orang.
"Perlu juga digagas kembalikan langit biru kita dong. Masak enggak bisa sih? Kita yang orang pintar, kita di Indonesia ini ada di Jakarta. Ada di Jabodetabek. Di sini, semuanya ada, menterinya di sini, presidennya di sini, direkturnya di sini, yang pintar-pintar di sini," ucapnya.
Sebelumnya, Hanif mengatakan, sebesar 90 persen BBM di Indonesia mengandung sulfur di atas 1.500 parts per million (ppm) atau jauh di atas standar kualitas emisi kendaraan di Eropa yang hanya mengizinkan maksimal 50 ppm.
Baca juga: Studi: Paparan Polusi Udara Picu Demensia
Ia pesimistis kualitas udara di Jakarta bisa membaik. Apalagi, perbaikan kualitas udara di Jakarta membutuhkan upaya yang hampir mustahil untuk dilaksanakan, mengingat berkaitan dengan penggunaan BBM.
"Udara yang tidak sehat di Jakarta, sudahlah, kita renungkan saja. Melaksanakannya hampir-hampir tidak mungkin kita memperbaiki kualitas udara sehat di Jakarta, kecuali kita mampu berkeringat, kita siap berkeringat untuk itu," ujar Hanif di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya