Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menembus Hutan Kalimantan, Perjalanan Mencari Asa di Sekolah Pedalaman

Kompas.com - 13/10/2025, 12:00 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Pasokan listrik di SD Negeri 1 Barunang berasal dari panel surya, yang sangat bergantung pada cuaca. Sebagai alternatif, SD Negeri 1 Barunang menggunakan genset untuk mendapatkan pasokan listrik.

"(Pasokan listrik) Kurang stabil. (Panel surya) Kalau mendung kurang bagus. Karena biasanya harus pakai genset, tapi kadang enggak support (untuk beberapa elektronik). Kadang mati mendadak. Jadi, hanya untuk lampu dan mengisi baterai beberapa alat elektronik saja. Kalau pakai genset itu berisik, menganggu sekali," ucapnya.

Seperti SD Negeri 1 Barunang, SMP Negeri 4 Kapuas Tengah yang menggunakan panel surya juga mengalami kendala pasokan listrik. Selain listrik, kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 4 Kapuas terkendala keterbatasan guru dan kurangnya dukungan orang tua murid terhadap pendidikan anaknya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Kapuas Tengah, Rabiyati mengatakan, banyak guru PNS dan PPPK enggan mengajar di Barunang karena berbagai alasan, termasuk jarak tempuh yang jauh, kondisi medan sulit, serta kurangnya fasilitas.

Di sisi lain, kesadaran orang tua murid akan pentingnya pendidikan baru mulai meningkat sejak tahun 2024.

Sebelumnya, murid-murid SMP Negeri 4 Kapuas Tengah seringkali tidak masuk sekolah karena membantu orang tua bekerja atau terlibat dalam kegiatan adat seperti pernikahan dan kematian.

Baca juga: Guru di Tengah Hutan: Perjuangan Rabiyati Mengajar, Mengasuh Anak, dan Melawan Sepi

Ia mengakui kualitas akademik murid SMP Negeri 4 Kapuas Tengah tertinggal dibandingkan dengan sekolah-sekolah di daerah perkotaan. Meski demikian, SMP Negeri 4 Kapuas Tengah mempunyai keunggulan di bidang kesenian, dengan murid-muridnya yang meraih banyak prestasi dalam berbagai lomba, termasuk karungut, tari, pramuka, dan permainan tradisional.

Murid-murid SMP Negeri 4 Kapuas Tengah mementaskan seni tutur Karungut di lapangan sekolahnya.Kompas.com/Manda Firmansyah Murid-murid SMP Negeri 4 Kapuas Tengah mementaskan seni tutur Karungut di lapangan sekolahnya.

"Di sini masih ada pernikahan dini. Seperti tahun 2024 lalu, yang harusnya itu murid ikut ANBK (asesmen nasional berbasis komputer), ternyata (malah) menikah. Lalu, ada yang dia (lanjut pendidikan) ke SMK (Maharati). Lulus tahun ini, kemudian menikah juga, tadi acaranya," ujar Rabiyati.

Asa di Tengah Hutan

SD Negeri 1 Barunang dan SMP Negeri 4 Kapuas Tengah merupakan salah dua di antara sekolah-sekolah binaan PAMA Group.

PAMA Group menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti panel surya, rumah dinas untuk para guru dari luar Desa Barunang, sampai menggaji guru honorer. PAMA Group melalui Yayasan Bina Harati PAMA juga mengelola sekolah swasta, SMK Maharati.

SMK Maharati memprioritaskan menerima murid-murid dari berbagai sekolah binaan PAMA Group, termasuk SMP Negeri 4 Kapuas Tengah.

SMK bersistem boarding school yang terletak di Desa Buhut Jaya ini — tetangga Desa Barunang — memiliki banyak fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar. SMK Maharati juga mempunyai workshop untuk magang dan kerja, rumah dinas untuk para guru, asrama murid, perpustakaan, beberapa tempat ibadah, hingga berbagai fasilitas olahraga.

Baca juga: Dari Hape ke Buku: Cara SMK di Pedalaman Kalimantan Bikin Murid Jatuh Cinta pada Membaca

SMK Maharati menggunakan genset sebagai sumber listrik utama karena letaknya yang berada di tengah hutan dan jauh dari jaringan PLN. Penggunaan genset menghabiskan 500 liter solar per hari, dengan biaya mencapai Rp 10 juta. Panel surya hanya digunakan sebagai sumber cadangan energi lantaran tidak cukup optimal untuk memenuhi kebutuhan listrik sekolah.

Apalagi, kegiatan belajar mengajar pada jurusan desain komunikasi visual (DKV) dan teknik alat berat (TAB) di SMK Maharati membutuhkan listrik dalam jumlah besar.

"Listrik itu untuk praktikum, menggunakan komputer maupun teknik alat berat lainnya yang memerlukan perkakas listrik. Panel surya itu untuk mensuplai kebutuhan listrik di SMK Maharati itu enggak akan cukup dan kalau kami dihitung-hitung perbandingan biayanya lebih mahal juga dalam perawatan. Kalau akhirnya kalau ada masalah kerusakan, kami lebih repot," tutur Kepala Sekolah SMK Maharati, Aris Dianto.

Suasana SMK Maharati di Desa Buhut Jaya, Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.Kompas.com/Manda Firmansyah Suasana SMK Maharati di Desa Buhut Jaya, Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.

Menurut Aris, terdapat kesenjangan kualitas akademik antara sekolah-sekolah di Jawa dan Kalimantan Tengah. Ia berharap, SMK Maharati dapat menjadi bagian dari solusi peningkatan kualitas akademik di Kalimantan Tengah. Ia ingin SMK Maharati menjadi sekolah di tengah hutan yang bisa berprestasi di tingkat metropolitan.

Sejak berdiri hampir 5 tahun yang lalu, SMK Maharati telah menunjukkan prestasi yang memuaskan. Salah satu pencapaian terbesar adalah keberhasilan murid SMK Maharati masuk ke dalam lima besar dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) di tingkat nasional. Prestasi tersebut membawa murid-murid dari pedalaman Kalimantan untuk pertama kalinya merasakan pengalaman mengikuti lomba di luar daerah, seperti Jakarta dan Lampung.

"Orang tua siswa pun tidak pernah bermimpi anaknya bisa berangkat ke Jakarta naik pesawat. Selama ini tinggal di tengah hutan, di desa yang dalam tanda kutip terpencil ya. Harapan saya nanti di tahun 2026 itu kami bisa paling enggak masuk tiga besar ya (dalam LKS)," ucapnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau