KOMPAS.com – Kondisi politik dan sosial di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bagi sebagian orang, situasi ini dapat memicu rasa cemas, bingung, bahkan pesimistis terhadap masa depan.
Namun, apakah mungkin tetap menjaga pola pikir realistis sekaligus optimis dalam menghadapi kondisi tersebut?
Psikolog Meity Arianty menegaskan, hal tersebut bukan hanya mungkin, tetapi justru penting dilakukan agar masyarakat tetap sehat secara mental sekaligus berkontribusi positif dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: 6 Cara Tetap Peduli pada Situasi Negara Tanpa Stres Berlebihan
Menurut Meity, membangun pola pikir yang realistis namun tetap optimis dalam menghadapi ketidakpastian kondisi negara membutuhkan keseimbangan.
“Saya percaya bahwa membangun pola pikir yang realistis namun tetap optimis dalam menghadapi ketidakpastian kondisi negara membutuhkan keseimbangan antara menerima kenyataan namun tetap menjaga harapan,” jelas Meity saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (30/8/2025).
Ia menambahkan, masyarakat tetap bisa berharap Indonesia akan lebih baik. Harapan inilah yang menjadi bahan bakar perjuangan sekaligus menjaga semangat tetap hidup.
“Kita masih dapat berharap Indonesia akan jauh lebih baik, itu yang sedang kita perjuangkan saat ini,” ujarnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan teori kognitif behavioral, penting bagi setiap orang untuk belajar mengenali pikiran-pikiran berlebihan atau kecemasan tentang masa depan.
“Kita perlu belajar untuk mengenali dan mengelola pikiran-pikiran yang berlebihan atau cemas tentang masa depan, untuk lebih fokus ke pola pikir yang lebih konstruktif dan berbasis fakta,” katanya.
Artinya, masyarakat perlu melatih diri agar tidak terjebak pada pikiran negatif yang sulit dikendalikan. Fokuslah pada hal-hal yang konkret, nyata, dan dapat dilakukan sekarang.
Baca juga: Cara Saling Menguatkan dan Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Kacaunya Kondisi Negara
Alih-alih larut dalam kekhawatiran, Meity menganjurkan masyarakat lebih baik mengarahkan energi pada hal-hal yang bisa dikontrol.
“Ini bisa dilakukan dengan fokus pada hal-hal yang masih dapat kita kontrol, seperti tindakan positif dalam kehidupan sehari-hari atau kontribusi yang dapat kita berikan untuk masyarakat,” jelasnya.
Sebagai contoh, membagikan informasi yang membangun, tidak menjadi provokator, menghindari tindakan anarkis, bahkan hingga merusak fasilitas negara.
Langkah ini jadi tanda bahwa kamu tetap peduli terhadap apa yang terjadi sekarang dengan bijak.
Menurutnya, fasilitas negara adalah milik bersama yang dibangun dari pajak rakyat. Menjaga dan merawatnya berarti juga sama halnya dengan menjaga hasil jerih payah masyarakat sendiri.