Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ojol Beralih Jadi Kurir Instan demi Lolos dari Drama, tapi Terjebak Skema Bagi Hasil

Kompas.com - 27/05/2025, 07:43 WIB
Lidia Pratama Febrian,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk-pikuk lalu lintas di sekitar Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, para pengemudi ojek online (ojol) tak hanya bersaing mengantar penumpang, tetapi juga mengirimkan barang.

Banyak dari mereka kini memilih beralih menjadi kurir pengiriman barang instan dengan layanan sameday demi menghindari drama yang kerap muncul dari penumpang.

Namun, kenyamanan itu harus dibayar dengan sistem bagi hasil yang dianggap tidak transparan dan terkadang merugikan para mitra pengemudi.

Baca juga: Kisah Pengemudi Ojol Beralih Jadi Kurir Instan demi Kesehatan Mental: Minim Drama

Pilih kirim barang demi kewarasan

Bagi Fadli (34), menjadi kurir instan bukan hanya soal pekerjaan, tetapi juga cara menjaga ketenangan batin.

“Kalau barang enggak bisa protes. Penumpang kadang suka ngatur-ngatur rute atau marah-marah kalau telat,” ujarnya kepada Kompas.com, di sekitar Stasiun Gondangdia, Senin (26/5/2025).

Fadli mengaku sudah lima tahun menjadi pengemudi ojol sekaligus kurir instan, berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain.

Biasanya, pagi hari ia mengantar penumpang, sementara siangnya berburu orderan pengiriman barang. Dalam sehari, ia bisa mengantarkan belasan paket.

Sementara itu, Siti (38), ibu dua anak dari Cempaka Putih, Jakarta Pusat, juga lebih senang menjadi kurir instan ketimbang ojol yang mengantarkan penumpang.

Baca juga: Cerita Ojol Merangkap Kurir di Jakpus, Bersaing dengan Waktu dan Memastikan Kiriman Aman

“Penumpang tuh kadang ngomel, dikit-dikit komplain. Kalau antar paket lebih fleksibel. Bisa atur rute sendiri asal sesuai estimasi waktu,” kata Siti di sekitar Stasiun Gondangdia, Senin

Meski tampak lebih tenang, menjadi seorang kurir instan tetap penuh tantangan bagi Siti. Mulai dari naik tangga gedung tua tanpa lift sambil membawa barang berat, hingga melawan hujan deras demi pengiriman barang sampai tepat waktu.

Skema bagi hasil yang tak transparan

Kenyamanan yang didapat saat menjadi kurir instan harus dibayar dengan pendapatan yang dirasa tidak transparan. Skema bagi hasil antara aplikator dan pengemudi kerap menjadi kendala.

“Kadang customer bayar Rp 40.000, kita cuma dapat Rp 12.000. Sisanya ke mana? Ya ke aplikator,” keluh Fadli.

Ridwan (27), kurir instan sameday lainnya, bahkan pernah menerima setengah dari tarif Rp 200.000 yang dibayar pelanggan.

Baca juga: Pengemudi Ojol Keluhkan Bagi Hasil Kirim Barang Tak Transparan

“Tergantung aplikator, jenis layanan, dan kadang algoritmanya juga bikin bingung,” ujar Ridwan di sekitar Stasiun Gondangdia, Senin.

Tak hanya itu, ketidaksesuaian antara data aplikasi dan kenyataan di lapangan juga kerap terjadi dalam pengiriman barang.

Halaman:


Terkini Lainnya
Polres Jakarta Timur Tangkap 2 Pelaku Penjarahan Kucing Uya Kuya
Polres Jakarta Timur Tangkap 2 Pelaku Penjarahan Kucing Uya Kuya
Megapolitan
Dua Karyawan SPBU Ditangkap, Racik Bom Molotov untuk Serang Polsek Jatinegara
Dua Karyawan SPBU Ditangkap, Racik Bom Molotov untuk Serang Polsek Jatinegara
Megapolitan
Kembalikan Barang Jarahan di Rumah Sri Mulyani, Dua Pria Tak Ditahan dan Jadi Saksi
Kembalikan Barang Jarahan di Rumah Sri Mulyani, Dua Pria Tak Ditahan dan Jadi Saksi
Megapolitan
Atasi BAB Sembarangan, Pemkot Jakut Gencarkan Bangun MCK dan Septic Tank Komunal
Atasi BAB Sembarangan, Pemkot Jakut Gencarkan Bangun MCK dan Septic Tank Komunal
Megapolitan
Terpisah dari Sri Mulyani, Kasus Penjarahan Rumah Nafa Urbach Ditangani Polda Metro
Terpisah dari Sri Mulyani, Kasus Penjarahan Rumah Nafa Urbach Ditangani Polda Metro
Megapolitan
Polisi Buru Pria Pembawa Lukisan Bunga Saat Rumah Sri Mulyani Dijarah
Polisi Buru Pria Pembawa Lukisan Bunga Saat Rumah Sri Mulyani Dijarah
Megapolitan
Mau Dilaporkan Jenderal TNI, Ferry Irwandi: Saya Tidak Dididik Jadi Pengecut
Mau Dilaporkan Jenderal TNI, Ferry Irwandi: Saya Tidak Dididik Jadi Pengecut
Megapolitan
Empat Pelaku Merusak Mako Polres Jaktim dan Polsek Duren Sawit karena Terprovokasi Medsos
Empat Pelaku Merusak Mako Polres Jaktim dan Polsek Duren Sawit karena Terprovokasi Medsos
Megapolitan
Napas Baru UMKM di Basemen Blok M Hub
Napas Baru UMKM di Basemen Blok M Hub
Megapolitan
Antisipasi Macet di Cibubur, Rekayasa Lalin Disiapkan Saat Jambore Pramuka Muslim Dunia
Antisipasi Macet di Cibubur, Rekayasa Lalin Disiapkan Saat Jambore Pramuka Muslim Dunia
Megapolitan
7 Senjata Api Hilang saat Polsek Matraman Diserang, 5 Belum Ditemukan
7 Senjata Api Hilang saat Polsek Matraman Diserang, 5 Belum Ditemukan
Megapolitan
Jumlah Pelaku Penjarahan Rumah Sri Mulyani Bisa Bertambah, Termasuk Pencuri Lukisan
Jumlah Pelaku Penjarahan Rumah Sri Mulyani Bisa Bertambah, Termasuk Pencuri Lukisan
Megapolitan
11 Orang Jadi Tersangka Penjarahan Rumah Sri Mulyani
11 Orang Jadi Tersangka Penjarahan Rumah Sri Mulyani
Megapolitan
Dansatsiber TNI Klaim Temukan Dugaan Tindak Pidana Ferry Irwandi
Dansatsiber TNI Klaim Temukan Dugaan Tindak Pidana Ferry Irwandi
Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Curanmor Jaringan Jakarta–Sumatera, 7 Motor Disita
Polisi Tangkap 3 Pelaku Curanmor Jaringan Jakarta–Sumatera, 7 Motor Disita
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau