"Akhirnya mereka mengurangi personel. Semua alat musik itu diganti satu alat namanya keyboard. Mereka tadinya bisa ramai-ramai, jadi cuma berdua, sama vokalis yang biasanya sambil ngecrek," ungkapnya.
Kondisi ini, menurut Andi, yang kemudian menggerus tradisi dangdut dorong yang sebenarnya melestarikan budaya musik nasional.
Selain itu, dia juga menilai polemik larangan mengamen tersebut juga justru melahirkan masalah sosial baru.
"Sadar enggak sadar, hal ini kemudian menginspirasi para pengemis-pengemis yang dia cuman pakai speaker kecil, dan dia mintain orang, enggak nyanyi. Jadi ada degradasi spirit berkesenian," sambungnya.
Baca juga: Info CFD Jakarta Hari Ini, Waktu dan Lokasinya
Maka dari itu, kata Andi, IMJ mencoba menggerakkan musisi jalanan untuk melestarikan tradisi musik-musik jalanan yang ada di Indonesia, khususnya Jakarta.
"IMJ ngingetin itu. Bahwa street musician itu, musik dangdut gerobak dorong itu adalah salah satu pelestari musik Melayu paling militan di muka bumi," tuturnya.
Andi menyampaikan bahwa pada dasarnya, IMJ mencoba menghadirkan konsep musik jalanan yang lebih segar agar bisa diterima oleh masyarakat.
Penyegaran itu termasuk dalam segi penampilan, tata suara, maupun konsep pertunjukan yang mampu merangkul audiens.
"Konsep yang mau kita bangun di CFD ini, panggung bukan hanya milik untuk performer, tapi mengajak masyarakat juga untuk bisa ikutan, lebih guyub lagi," tuturnya.
Dia melanjutkan, IMJ berperan sebagai lembaga tata kelola yang melakukan kurasi untuk mengembangkan potensi musisi jalanan yang memiliki niat untuk berkarya.
"Jadi ada perbedaan ya, musisi jalanan yang punya kualitas, mau berkarya, dengan peman yang berkedok pengamen. Mereka ini dikurasi IMJ dan dikeluarkan rekomendasinya oleh Kementerian Kebudayaan," kata dia.
Baca juga: 400.000 Orang Ramaikan CFD, Rano Sebut Program Ini Bikin Jakarta Bahagia
Dia juga menyampaikan bahwa IMJ berkolaborasi dengan Pemprov DKI Jakarta dan kepolisian sebagai cara memperkuat jaringan para musisi.
Kolaborasi inilah yang memungkinkan para musisi jalanan dapat mengakses ruang-ruang publik berskala besar yang sebelumnya sulit dijangkau.
"Salah satunya, kita bisa mengakses area-area yang sulit untuk diakses sebenarnya. Tapi hari ini bisa dilihat bahwa kami bisa mengamen di sini (Bundaran HI) ya karena kerja sama kami," katanya.
Berkat tata kelola tersebut, musisi binaan IMJ kini bisa tampil secara terjadwal di berbagai sarana publik, termasuk tempat komuter seperti stasiun KRL dan stasiun MRT Jakarta.