Terbaru, IMJ juga bekerja sama dengan InJourney dan membuka ruang bagi para musisi jalanan untuk bisa tampil di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
"Boleh dibilang tata kelola musik jalanan kita ya sudah boleh mirip lah ya dengan Asia Tenggara yang lain," ucap Andi.
Andi membenarkan bahwa seluruh musisi yang tampil di bawah naungan IMJ adalah mantan pengamen jalanan yang mendaftar saat IMJ membuka kurasi tahunan.
Setelah lolos, mereka juga dibekali berbagai pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka sebagai penampil.
"Kita di IMJ itu ada berbagai kelas ya, termasuk misalnya public speaking, bagaimana kamu menjadi performer, bagaimana kamu bisa nge-grab massa," jelasnya.
Baca juga: Komisi XIII Bakal Undang Musisi hingga LMKN, Petakan Masalah Royalti
Hasilnya, para musisi ini kini memiliki jadwal tampil yang jelas sebagai cara untuk mencari nafkah yang berkelanjutan.
"Sekarang mereka setiap hari ada jadwal untuk ngamen. Hari Senin di mana, hari Selasa di mana. Jadi punya penjadwalan, tidak liar lagi," kata Andi.
Meski sudah berkolaborasi dengan pemerintah dan kepolisian, Andi mengakui pergesekan musisi jalanan dengan aparat saat di lapangan masih cukup keras.
Bahkan, momen-momen penampilan musisi jalanan IMJ, termasuk saat di Car Free Day, kerap dipotong secara sepihak oleh aparat di lokasi.
"Nah, contoh kecil ya. Kita bisa diselak pada saat tengah manggung. Jadi ada gap knowledge saat berusaha untuk naik kelas, sementara banyak orang yang tidak bisa mengerti hal-hal sederhana, termasuk petugas," ucapnya.
Ia mengaku bahwa dirinya juga tidak setuju dengan konsep mengamen di lampu merah atau angkutan umum karena dapat membuat publik tidak nyaman.
Baca juga: Gugatan UU Hak Cipta Antara Penyanyi Top Vs Pencipta Lagu, dan Ketakutan Para Pengamen
Namun, dia juga berharap ada perubahan cara pandang dan penindakan dari para petugas di lapangan agar lebih humanis.
Alasannya, menurut Andi, para musisi jalanan sejatinya adalah korban kegagalan negara menyejahterakan rakyatnya.
"Harusnya banyak petugas itu yang diberitahu untuk lebih humanis lagi. Karena mereka ini kan korban kegagalan negara. Kalau negara ini tidak seperti ini, sorry ya, mereka enggak mungkin ada di jalanan," ujarnya.
Andi pun mengungkapkan cita-citanya agar musisi jalanan Indonesia bisa seperti di Singapura atau Australia, yang difasilitasi di area pedestrian atau destinasi wisata.
Baca juga: Warga Sebut CFD di Jalan Tegar Beriman Bisa Bantu UMKM
Dia juga berharap para musisi jalanan dapat terus beradaptasi dengan teknologi dan media digital agar bisa terus berkembang dan menjadi musisi yang benar-benar memiliki karya.
"Sudah saatnya sih, kita tunjukin kalau musisi jalanan Indonesia itu emang harus naik kelas," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang