JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Alexey Gruzdev mengatakan, negaranya punya ambisi kuat untuk segera merealisasikan perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) yang melibatkan Indonesia.
Menurutnya, Rusia ingin menghilangkan berbagai hambatan perdagangan dengan Indonesia agar rencana itu segera terwujud.
Perjanjian perdagangan yang dimaksud yakni antara Indonesia dengan Eurasian Economic Union (EAEU) yang mencakup lima negara bekas Uni Soviet, yaitu Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan.
Baca juga: Kata Wamenperin Rusia soal Kebijakan Tarif Trump untuk Indonesia
"Namun karena masih dalam tahap negosiasi, saya tidak bisa memberi tahu lebih banyak," jelasnya.
Dalam penjelasannya, Gruzdev juga memberikan komentar soal tarif timbal balik alias tarif resiprokal impor yang diterapkan Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia.
Menurut dia, kebijakan tarif impor itu harus ditangani secara independen oleh setiap negara.
Baca juga: Amerika, China, Rusia Tertarik Bangun PLTN di Indonesia, Kadin Terima Proposal
Ia pun memastikan hubungan dagang Rusia dengan Indonesia tak akan terpengaruh dengan adanya kebijakan tarif impor tersebut.
"Itu adalah sesuatu yang harus ditangani secara independen. Tetapi untuk, maksud saya, FTA (perjanjian perdagangan bebas kedua negara) bahkan akan mengamankan perdagangan bilateral meskipun ada semua tarif timbal balik," ungkapnya.
"Kami akan memastikan bahwa setidaknya perdagangan bilateral kami akan menjadi saluran yang terpisah," tegas Gruzdev.
Hal yang sama menurutnya juga berlaku untuk perdagangan Rusia dengan negara-negara lain yang terdampak tarif resiprokal.
Baca juga: Tiga Tahun Perang Rusia-Ukraina, Simak Lagi Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia
Gruzdev juga bilang, Rusia tidak memerlukan dukungan dari luar untuk meningkatkan perdagangan secara bilateral dengan berbagai negara.
Sebab menurutnya perdagangan bilateral harus berdasarkan rasa saling percaya dan menghormati.
"Kami hanya akan melakukan apa yang diharapkan oleh mitra kami. Itulah sebabnya kami di sini bukan untuk mencoba menjual apa yang ingin kami jual. Kami di sini untuk memahami apa yang diharapkan dari Indonesia, apa yang dapat mendukung kebijakan nasional Anda, prioritas nasional, kemajuan nasional," papar Gruzdev.
"Jadi, sektor pertanian apa pun adalah salah satu prioritas dan banyak lainnya. Jadi, kami tidak mengikuti mitra lain hanya untuk memanfaatkannya. Jika Anda siap, kami siap untuk menjual lebih banyak," tambahnya.
Baca juga: RI Masuk BRICS, Bahlil Buka Peluang Impor Minyak dari Rusia
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, Presiden Prabowo Subianto bakal berkunjung ke Rusia pada Juni 2025.
Airlangga menuturkan, kunjungan itu salah satunya terkait dengan rencana perjanjian perdagangan bebas EAEU.
Sebelum kedatangan Prabowo ke Rusia, dua negara tersebut akan mengadakan sidang komite bersama pada tanggal 14 dan 15 April 2025 mendatang.
Airlangga berharap sidang komite tersebut dapat menyimpulkan atau mengkonklusikan perjanjian perdagangan bebas EAEU, setidaknya mampu menyelesaikan seluruh 14 dari 15 bab perjanjian.
Baca juga: RI Gabung BRICS, Peluang Kerja Sama Energi dengan Rusia Terbuka
Dengan begitu, perjanjian tersebut sudah bisa diteken saat Prabowo berkunjung ke Rusia.
"Dan diharapkan pada kunjungan (Prabowo bulan Juni) tersebut, principle agreement-nya sudah bisa ditandatangani," ujar Airlangga usai bertemu Prabowo, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Selasa (18/3/2025).
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini