JAKARTA, KOMPAS.com - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mencatatkan pendapatan sebesar 234,76 juta dollar AS atau setara sekitar Rp 3,88 triliun hingga kuartal I 2025.
Di tengah tekanan biaya produksi dan ketidakpastian pasar baja global, Krakatau Steel menyatakan tetap menunjukkan kinerja operasional yang stabil serta menegaskan komitmennya terhadap transformasi bisnis dan efisiensi berkelanjutan.
Meski secara keseluruhan mencatatkan rugi bersih pada periode ini, perusahaan menilai kondisi tersebut masih dalam batas yang dapat dikendalikan, mengingat sejumlah tantangan eksternal seperti tingginya beban keuangan dan kinerja entitas asosiasi yang belum optimal.
Baca juga: Krakatau Steel (KRAS) Pasok 120.000 Ton Baja HRC ke Vietnam
Sejumlah inisiatif strategis telah dijalankan untuk memperkuat daya tahan jangka panjang perusahaan.
Pertama, fasilitas Hot Strip Mill 1 (HSM#1) telah kembali beroperasi sejak akhir 2024, namun proses optimalisasi produksinya berlangsung secara bertahap.
KRAS menilai pengoperasian pabrik skala besar seperti HSM#1 membutuhkan waktu untuk mencapai efisiensi penuh dan kapasitas komersial yang ideal. Oleh karena itu, kontribusi HSM#1 akan mulai terasa secara lebih signifikan dalam laporan keuangan berikutnya.
"Langkah-langkah preventif dan operasional telah disiapkan untuk memastikan keberlangsungan produksi HSM#1 sesuai dengan target," kata perseroan dalam keterangannya, Minggu (1/6/2025).
Baca juga: Perkuat Industri Baja, Krakatau Steel Didorong Kerja Sama Regional
Reaktivasi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memulihkan kinerja segmen baja dan menopang pertumbuhan perusahaan secara menyeluruh.
Selain itu, selama kuartal I 2025, Krakatau Steel mencatat penurunan biaya usaha sebesar 11 persen, yang mencerminkan konsistensi dalam pelaksanaan strategi efisiensi.
Di sisi lain, total aset perusahaan meningkat menjadi 2,92 miliar atau Rp 48,35 triliun.