JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memastikan adanya penciptaan 19 juta lapangan kerja, sekalipun target itu kerap memicu pertanyaan publik: realistis atau sekadar mimpi besar?
Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer alias Noel, optimistis target itu bukan isapan jempol, dengan satu catatan penting, yakni dunia harus berada dalam kondisi ekonomi yang stabil.
Menurutnya, target 19 juta lapangan kerja sebenarnya mungkin tercapai, namun kondisi ekonomi global yang sedang bergejolak menjadi tantangan besar bagi Indonesia.
Baca juga: Profil Immanuel Ebenezer, Wamenaker yang Ditunjuk Jadi Komisaris Pupuk Indonesia
Ia menyampaikan secara retoris bahwa Presiden Prabowo bukan “Tuhan” yang bisa memprediksi masa depan, apalagi mengetahui hal-hal tak terduga seperti kembalinya Donald Trump menjadi Presiden AS.
Menurut Noel, situasi dunia saat ini penuh ketidakpastian atau “gambling” sehingga gejolak ekonomi global yang terjadi hari ini tidak bisa dihindari dan ikut mempengaruhi penciptaan lapangan di Tanah Air.
"Menurut saya sebetulnya itu bisa terealisasi. Masalahnya kan kondisi global ini lagi hancur-hancuran,” ujar Noel saat ditemui wartawan di kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Kamis (15/8/2025).
“Memang Pak Prabowo Tuhan bisa ngeliat ke depan? Ada yang tahu Presiden Amerika sekarang Donald Trump? Kan nggak ada yang tahu. Semua kan gambling semua. Akhirnya kemudian kejadian hari ini," paparnya.
Jika situasi ekonomi global dan dalam negeri berada dalam kondisi stabil tanpa gejolak besar, pemerintah bukan hanya mampu mencapai target 19 juta lapangan kerja, bahkan bisa melampauinya hingga 20 juta.
Noel menyebut faktor eksternal seperti krisis global, perang dagang, atau ketidakpastian politik dunia ikut mempengaruhi penciptaan lapangan kerja. "Nah kalau seandainya kondisinya stabil, jangan 19 juta, 20 juta juga tercapai," bebernya.
Cabut Aturan yang Mengganjal Industri Pemerintah, lanjut Noel, terus mencari celah untuk memacu penciptaan kerja, termasuk lewat revisi kebijakan yang dinilai menghambat industri.
Salah satunya adalah pencabutan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, aturan yang selama ini banyak dikeluhkan pelaku industri tekstil.
Langkah ini diharapkan memberi napas segar bagi industri, menjaga kapasitas produksi, dan mendorong pembukaan lapangan kerja baru.
“Dan kita lihat saja nanti, ini kan hari ini kita lihat kawan-kawan pemain tekstil sudah cukup nyaman lah ya dengan dicabutnya Permendag nomor 8 yang kemudian ada pembatasan pertek-pertek yang mengganggu kawan-kawan industri ini," ucap Noel.
Namun, ia menekankan bahwa dampak positif kebijakan tersebut tidak bisa dirasakan seketika.
Proses pemulihan industri dan penciptaan lapangan kerja memerlukan waktu, sehingga masyarakat diminta bersabar dan tidak berharap hasil instan.
Noel juga mengingatkan pemerintah bukan “punya mandat ilahi” yang bisa menyelesaikan semua masalah seketika, melainkan bekerja melalui tahapan dan adaptasi terhadap situasi yang ada.
"Tinggal kita lihat saja. Kan nggak mungkin pemerintah hari ini seperti pemerintah yang dikasih mandat dari Tuhan langsung bisa menyelesaikan, nggak begitu. Semua itu kan berproses. Kita tunggu prosesnya. Kita enggak bisa menjadi bangsa instan," ungkapnya.
Baca juga: Wamenaker Noel Soal Janji 19 Juta Lapangan Kerja: Kalau Stabil, 20 Juta Juga Bisa
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di siniArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya