JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan lebih rendah pada tahun ini, seiring dengan meluasnya penerapan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 akan di bawah perkiraan semula, yakni 3 persen.
Bahkan, pelemahan ekonomi ini berpotensi berlanjut hingga tahun depan.
Baca juga: BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin, Kini Jadi 5 Persen di Agustus
"Pertumbuhan ekonomi dunia oleh BI diperkirakan akan berpotensi lebih rendah dari perkiraan. Kita perkirakan sebelumnya 3 persen pada 2025," ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (20/8/2025).
Penurunan ini dikarenakan penerapan tarif resiprokal AS yang telah meluas dari semula hanya diterapkan oleh AS ke 44 negara, kini menjadi sebanyak 70 negara.
Sebagian negara, seperti Indonesia dan sejumlah negara ASEAN, mendapatkan tarif lebih rendah dari pengumuman pertama pada 2 April lalu, sementara sebagian negara, seperti India dan Swiss, mendapatkan tarif yang lebih tinggi.
Dalam perkembangannya, tarif resiprokal juga tidak dapat diprediksi sehingga menyebabkan ketidakpastian global yang cukup tinggi.
Selain itu, pengenaan tarif resiprokal juga akan berdampak pada kinerja ekspor dan volume perdagangan antarnegara.
"Memang dampaknya ke masing-masing negara berbeda-beda. India kemungkinan akan lebih rendah. Untuk Tiongkok, Eropa, dan Jepang, dampak pertumbuhan ekonominya kemungkinan juga lebih rendah dari perkiraan," ungkapnya.
Perry melanjutkan, penerapan tarif resiprokal juga akan mempengaruhi penurunan inflasi global, termasuk inflasi AS.
Penurunan inflasi AS kemudian akan merembet ke penurunan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate/FFR) sebanyak dua kali dengan besaran masing-masing 25 basis poin di Semester I 2025.
"Dalam jangka pendek, karena ketidakpastian, kebijakan regulasi itu masih dinamis, masih akan terus bergerak. Inilah yang membawa suatu ketidakpastian pasar keuangan global jangka pendek yang perlu kita waspadai dan perlu kita respons," tuturnya.
Kendati demikian, BI tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Semester II 2025 akan membaik, dan secara keseluruhan, tahun 2025 diprakirakan berada dalam kisaran 4,6-5,4 persen.
Di samping membaiknya permintaan domestik, perbaikan ini juga didukung oleh tetap positifnya kinerja ekspor sejalan dengan hasil perundingan tarif resiprokal dengan pemerintah AS.
Baca juga: Menteri Maman: UMKM Kerap Diremehkan, tapi Jadi Nyawa Ekonomi RI
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini