KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berencana memberlakukan tarif impor baru untuk furnitur dalam waktu dekat. Kebijakan ini disebut bertujuan menghidupkan kembali industri furnitur dalam negeri, namun langsung memicu gejolak di pasar saham.
Dilansir dari CNBC, Sabtu (23/8/2025), Trump mengumumkan bahwa pemerintahannya tengah melakukan investigasi terhadap furnitur impor. Ia menegaskan hasil penyelidikan itu akan rampung dalam waktu sekitar 50 hari.
“Dalam 50 hari ke depan, investigasi akan selesai, dan furnitur yang masuk dari negara lain ke Amerika Serikat akan dikenai tarif dengan besaran yang masih ditentukan,” tulis Trump di platform media sosialnya, Truth Social.
Baca juga: Tak Akan Izinkan Proyek EBT, Trump: Hari-hari Kebodohan Sudah Berakhir di AS!
Trump menambahkan, kebijakan ini diharapkan dapat mengembalikan bisnis furnitur ke sejumlah negara bagian produsen utama, seperti North Carolina, South Carolina, dan Michigan.
Pernyataan Trump segera berdampak pada pasar. Saham perusahaan furnitur dan barang rumah tangga, termasuk Wayfair, RH (sebelumnya Restoration Hardware), dan Williams-Sonoma, turun dalam perdagangan setelah jam bursa.
Wayfair selama ini mengandalkan impor untuk sebagian besar produknya, sementara RH dan Williams-Sonoma tengah berupaya mendiversifikasi rantai pasok mereka.
Di sisi lain, perusahaan furnitur La-Z-Boy, yang sebagian besar produksinya masih berbasis di AS, justru mencatat kenaikan saham usai pengumuman Trump.
Baca juga: Harga Konsol Gim PlayStation 5 Bakal Naik Imbas Penerapan Tarif Trump
Rencana tarif ini menambah daftar panjang kebijakan proteksi dagang Trump. Sebelumnya, pemerintahannya sudah menerapkan tarif tinggi untuk mobil, baja, aluminium, serta mewacanakan bea masuk bagi produk tembaga, obat-obatan, dan semikonduktor.
Namun, belum jelas apakah tarif furnitur akan berlaku di atas tarif khusus yang sudah diberlakukan berdasarkan negara asal produk.
Rencana tersebut muncul di tengah lesunya pasar furnitur AS. Permintaan untuk produk rumah tangga, seperti sofa dan set meja makan, menurun lebih dari setahun terakhir.
Kondisi ini turut dipengaruhi melambatnya pasar perumahan, karena banyak pembeli menunggu penurunan suku bunga.
Selain itu, inflasi yang masih tinggi membuat konsumen lebih selektif dalam membelanjakan pendapatan. Pengeluaran untuk restoran, pakaian, perjalanan, hingga dekorasi rumah ikut melemah.
Baca juga: Tarif Trump Bikin Investor China Bidik Indonesia Jadi Lokasi Bisnis Baru
Pemerintahan Trump sendiri telah menggelar negosiasi bilateral dengan sejumlah mitra dagang utama, termasuk Uni Eropa dan China, demi menyeimbangkan perdagangan global.
Beberapa kesepakatan kerangka kerja berhasil menenangkan pasar, namun banyak isu jangka panjang yang masih belum terselesaikan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini