JAKARTA, KOMPAS.com - Aliran modal asing ke pasar Indonesia sempat mengalami tekanan akibat aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan di kawasan Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, dan sejumlah daerah pada Kamis (28/8/2025) dan Jumat (29/8/2025) pekan lalu.
Tekanan ini mendorong aksi jual asing dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga pelemahan rupiah.
IHSG ditutup melemah 1,5 persen ke level 7.830,04 pada Jumat, turun 0,36 persen secara mingguan. Dana asing juga tercatat keluar dari pasar saham Indonesia sebesar Rp 1,12 triliun di seluruh pasar.
Baca juga: IHSG Ditutup Turun 1,21 Persen, Rupiah Menguat
Selain itu, tekanan terhadap rupiah juga terlihat saat hari-hari menjelang unjuk rasa.
Misalnya pada Rabu (27/8/2025), rupiah melemah 69 poin menjadi Rp 16.368 per dolar AS menjelang aksi demo pada Kamis.
Berlanjut pada Jumat, rupiah melemah hampir 1 persen, mencapai level terendah sejak 1 Agustus 2025 di kisaran Rp 16.475 per dollar AS.
Meski begitu, Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengatakan, sebelumnya pasar saham dan obligasi masih mencatatkan aliran modal masuk atau capital inflow.
Baca juga: Pasar Saham Tetap Buka, Analis Minta Investor Perhatikan Kemungkinan Panic Selling
Pada pasar obligasi negara, tenor pendek dua tahun mencatatkan yield turun lebih dari 10 basis poin, namun untuk tenor 10 tahun masih banyak yang dimasuki oleh investor asing.
"Kalau dari pergerakan dana asing untuk awal pekan ini (proyeksi) di Senin, Selasa kelihatannya profit taking (jual asing) masih akan terjadi," ungkap Myrdal kepada Kontan, Senin (1/9/2025).