Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Werdha Candratrilaksita
Civitas Academica

Penulis sedang menyelesaikan Disertasi pada Program Doktor Administrasi Publik Universitas Diponegoro.

RAPBN 2026: Bahaya Pajak yang Ekspansif Saat Ketimpangan Terjadi

Kompas.com - 05/09/2025, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMERINTAH telah mengajukan RUU APBN Tahun Anggaran 2026 beserta Nota Keuangan kepada DPR RI pada Sabtu, 16 Agustus 2025.

Pemerintah optimistis bahwa ekonomi akan tumbuh lebih tinggi pada tahun depan, inflasi lebih terkendali, dan ketimpangan (rasio gini) akan menurun.

Pemerintah juga optimistis, pendapatan negara akan meningkat, meskipun tidak disertai kenaikan tarif pajak (Sri Mulyani, 2025).

Target penerimaan negara tahun 2024 sebesar Rp 2.802,3 triliun, tahun 2025 sebesar Rp 3.005,1, dan tahun 2026 sebesar Rp 3.147,7 triliun.

Berdasarkan acuan target, penerimaan negara tahun 2025 direncanakan tumbuh 7,24 persen dibandingkan tahun 2024. Sedangkan penerimaan negara tahun 2026 direncanakan tumbuh 4,74 persen dibandingkan tahun 2025.

Pertumbuhan penerimaan negara direncanakan negatif atau mengalami laju penurunan penerimaan negara sebesar 34,53 persen, yaitu dari 7,24 persen menjadi 4,74 persen.

Baca juga: Frustrasi Kolektif Rakyat: Keharusan Sahkan RUU Perampasan Aset

 

Sedangkan pertumbuhan ekonomi direncanakan meningkat dengan laju peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,85 persen, yaitu dari 5,2 persen menjadi 5,4 persen.

Jika menggunakan angka outlook penerimaan negara sebagai koreksi, yang terjadi adalah laju peningkatan pertumbuhan penerimaan negara.

Realisasi penerimaan negara tahun 2024 sebesar Rp 2.842,5 triliun, outlook penerimaan negara tahun 2025 sebesar Rp 2.865,5 triliun, dan proyeksi penerimaan negara tahun 2026 menggunakan angka target penerimaan negara pada RAPBN 2026 sebesar 3.147,7 triliun.

Penerimaan negara tahun 2025 diproyeksikan tumbuh sebesar 0,81 persen dibandingkan realisasi penerimaan negara tahun 2024, dan penerimaan negara tahun 2026 diproyeksikan tumbuh sebesar 9,85 persen dibandingkan outlook penerimaan negara tahun 2025.

Laju peningkatan pertumbuhan penerimaan negara tahun 2026 diproyeksikan 1116 persen atau 11 kali lipat. Laju peningkatan pertumbuhan penerimaan negara itu terlihat sangat optimistis atau bahkan tidak masuk akal.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan kepada media bahwa pemerintah tidak akan menaikkan tarif pajak, meskipun target penerimaan pajak meningkat (secara nominal/rupiah) pada 2026.

Pernyataan Menkeu terkonfirmasi dengan skeptisisme target pertumbuhan penerimaan negara, yang direncanakan dengan laju penurunan dibandingkan target pertumbuhan ekonomi dengan laju peningkatan.

Meskipun pemerintah membangun narasi optimistik dengan target pertumbuhan ekonomi yang meningkat, tapi kenyataan adanya laju penurunan penerimaan negara, cukup memberi keyakinan bahwa ekonomi sedang mengalami deflasi, atau stagnasi dan bahkan resesi.

Namun, jika menggunakan angka realisasi penerimaan negara tahun 2024 dan outlook tahun 2025, untuk kemudian disandingkan dengan angka target penerimaan negara pada RAPBN 2026, terlihat laju peningkatan pertumbuhan penerimaan negara yang sangat tidak masuk akal dibandingkan dengan laju peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Rakyat Miskin, Negara Kaya, Uangnya di Mana?

Halaman:


Terkini Lainnya
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Daftar Menteri yang Diganti Prabowo: dari Sri Mulyani hingga Budi Arie
Daftar Menteri yang Diganti Prabowo: dari Sri Mulyani hingga Budi Arie
Ekbis
Bumi Aki Raih Penghargaan di SIAL Shenzhen 2025
Bumi Aki Raih Penghargaan di SIAL Shenzhen 2025
Ekbis
Digitalisasi Data Kependudukan Perkuat Ekonomi dan Inklusi Keuangan
Digitalisasi Data Kependudukan Perkuat Ekonomi dan Inklusi Keuangan
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau