KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
HR Consultant/Konsultan SDM EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Eksistensi

Kompas.com - 06/09/2025, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

DALAM sesi wawancara kerja, ada satu pertanyaan yang sering diajukan pewawancara, “Ceritakan tentang diri Anda.”

Sekilas pertanyaan ini terdengar sederhana, tetapi sebenarnya tidak mudah dijawab. Biasanya, kita akan menjelaskan diri dengan menyebutkan hal-hal yang melekat pada diri kita, seperti latar belakang pendidikan, agama, prestasi, atau identitas lainnya.

Namun, ketika semua atribut itu berubah atau hilang, apakah jati diri kita juga ikut berubah? Lalu, pada akhirnya, siapa sebenarnya diri kita?

Baca juga: Thrivers

Fenomena ini semakin kompleks pada era digital. Tidak jarang pembentukan tentang siapa diri kita didasarkan pada tuntutan lingkungan sosial, apa yang mereka sukai, apa yang mereka harapkan untuk dilihat. Hal ini membuat beberapa orang melakukan hal-hal yang belum tentu sesuai dengan dirinya sekadar untuk meningkatkan perhatian terhadap media sosialnya. Jati diri kita dipengaruhi oleh jumlah like yang diterima.

Mereka yang tidak tahu siapa dirinya mudah sekali goyah, terombang-ambing oleh opini orang lain, bahkan terjebak dalam kecemasan tanpa ujung.

Pengacara asal Zambia, Naomie Pilula, menjadi viral ketika foto selfie-nya mendapatkan ribuan komentar jahat terkait fisiknya.

Baca juga: Sikap Stoik dalam Kompleksitas Tempat Kerja

Ia sempat terguncang dan marah dengan komentar itu, tetapi kemudian menyadari bahwa dirinya tidak ditentukan oleh komentar orang lain.

Alih-alih menghapus postingan-nya, ia menyatakan, “Saya bukan orang yang secara estetika cantik. Saya bukan, dan itu tidak apa-apa. Tapi, saya mencintai diri sendiri dan bisa menjadi diri sendiri. Dan, dengan demikian, ada tingkat kecantikan tertentu karena setiap orang memiliki cahaya yang layak untuk bersinar.”

Banyak eksekutif yang mengalami krisis identitas ketika label-label yang sebelumnya melekat pada dirinya, tiba-tiba hilang ketika mereka tergerus dari restrukturisasi organisasi atau memasuki masa pensiun. Tidak ada lagi label jabatan yang melekat pada dirinya. Mereka yang memilih memandang situasi ini sebagai kesempatan untuk menemukan identitas baru dapat menemukan cara untuk menjalani hidup dengan lebih autentik.

Eksistensi, sebuah proses

Seorang penulis skenario di Amerika yang terpaksa harus kembali tinggal bersama orangtuanya pada usia 31 tahun, David Mandel, menceritakan bagaimana refleksi dirinya saat ia berada dalam krisis tersebut.

Baca juga: Gaya Kepemimpinan Efektif

Pernah tinggal di apartemen mewah dengan penataan desainer interior sebagai simbol kesuksesannya, ia akhirnya harus menghadapi kenyataan saat kehilangan segalanya hingga merasa seolah kehilangan sebagian dirinya. Namun, dari titik rapuh itu, ia menemukan kekuatan baru.

Ia mengatakan, “Terkadang, kehilangan jati diri yang kamu kira adalah satu-satunya cara untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya.”

Ia belajar bahwa identitas tidak hanya mengenai profesi atau apa pun pencapaian yang kita raih, tetapi juga tentang keberanian menerima kenyataan menghadapi siapa diri kita ketika apa yang kita miliki lenyap.

Baca juga: Seni Mengelola Atasan

Pertanyaan “siapa saya” memang tidak sederhana. Penulis dan mentor mengenai cara menyediakan ruang aman dan mendukung dalam proses penyembuhan, konflik, dan transformasi personal, Heather Plett, menyatakan bahwa penemuan identitas selalu merupakan sebuah proses. Kita selalu bergerak, merajut, mengubah, dan membentuk diri sepanjang hidup.

Psikolog klinis yang banyak menangani kasus krisis eksistensial, Julian Frazier, juga mengatakan bahwa identitas justru berakar pada tubuh dan tindakan kita sehari-hari.

“Identitas bermula dari tubuh, siapa kita sebenarnya tidak hanya terungkap melalui pikiran kita, tetapi juga melalui tindakan kita, gerakan kita, dan kehadiran kita.”

Baca juga: Kepemimpinan Spiritual Era Disrupsi

Artinya, identitas ini tidak dapat dikejar dengan tergesa-gesa. Label yang sempit, seperti saya dokter, saya manajer, saya orang sukses tidak menunjukkan siapa diri kita sesungguhnya. Kita perlu menunjukkan identitas melalui bagaimana kita hadir, dari tindakan nyata yang kita lakukan dalam menghadapi beragam situasi yang berbeda.

Perkuat eksistensi diri

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memperkuat eksistensi diri. Pertama, berani menghadapi krisis. Krisis bisa membuat kita menyingkap lapisan identitas lama dan menemukan akar jati diri kita yang lebih dalam. Seseorang yang kehilangan pekerjaannya di perusahaan multinasional tapi dapat menemukan panggilan barunya, tidak akan berlama-lama larut dalam kesedihan maupun rasa malu.

Eileen Rachman.Dok EXPERD Eileen Rachman.
Ia justru merasa lebih “hidup” ketika membuka usaha dari hobinya dibanding saat duduk di kursi eksekutif.

Kedua, melepaskan label yang sempit tentang siapa diri kita. Jati diri kita bukan hanya profesi, jabatan, atau status sosial. Kita bisa mengenali diri kita sebagai pembelajar, penggerak semangat, pendamping orang lain. Identitas yang lebih luas membuat kita lebih lentur menghadapi perubahan.

Baca juga: Membangun Chemistry

Seorang atlet yang cedera dan tidak bisa bertanding lagi, dapat menemukan identitas baru sebagai pelatih atau motivator ketika ia menyadari kekuatannya untuk menginspirasi orang lain. Ia tidak berhenti eksis hanya karena satu peran hilang.

Ketiga, hidupkan nilai, bukan sekadar peran karena eksistensi sejati terikat pada nilai. Jika nilai kita adalah keberanian, kita eksis ketika berani bersuara meski berbeda. Jika nilai kita adalah kasih, kita eksis saat hadir memberi empati kepada orang lain. Seorang perawat di tengah pandemi mungkin merasa kewalahan menghadapi kematian demi kematian. Namun, ketika ia tetap memegang tangan pasien yang kesepian, ia tahu dirinya eksis sebagai wujud kasih.

Keempat, mencatat momen-momen eksistensial agar tidak terlupakan. Seorang teman rutin menulis jurnal sebelum tidur. Ia bertanya pada dirinya sendiri, kapankah kehadiran saya memberi dampak pada hari ini? Kadang jawabannya sederhana, saat ia memberi tumpangan kepada rekan kerja yang kesulitan transportasi, atau saat ia berani menyuarakan pendapatnya meskipun bertentangan dengan suara mayoritas. Dari hal-hal kecil itulah, rasa eksis bisa diperkuat.

Baca juga: Sikap Apatis

Kelima, menemukan koneksi. Eksistensi kita sering kali teruji dalam hubungan. Saat kita merasa “terlihat” dan “didengar” orang lain, kita lebih yakin bahwa keberadaan kita berarti. Pada era kerja hibrida, banyak karyawan muda merasa tidak dilihat atasan.

Pertanyaan seperti “apa yang membuatmu paling bersemangat pada minggu ini?” dapat memberi ruang bagi karyawan untuk menyadari bahwa mereka tidak sekadar sekrup atau baut dalam mesin, tetapi juga manusia yang memiliki makna dan ceritanya sendiri.

Pada akhirnya, eksistensi bukanlah soal tampil di panggung, viral di medsos, ataupun memiliki jabatan prestisius. Eksistensi adalah ketika kita hadir utuh, sadar siapa kita, apa nilai kita, dan apa kontribusi yang kita pilih. Eksistensi berarti tetap teguh ketika dunia menawarkan 1.000 label baru dan tetap jujur ketika tekanan membuat kita ingin bersembunyi.


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau