KOMPAS.com – Dari sebuah usaha kecil rumahan hingga menjadi salah satu emiten besar di Bursa Efek Indonesia (BEI), perjalanan bisnis PT Gudang Garam Tbk (GGRM) bisa dibilang luar biasa.
Perusahaan rokok asal Kediri, Jawa Timur, ini dikenal sebagai “raja” kretek yang melegenda di Indonesia.
Namun, di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan dan tekanan beban pajak, kabar kurang sedap menghampiri Gudang Garam.
Isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ramai beredar di media sosial. Meski demikian, hingga kini manajemen Gudang Garam belum memberikan konfirmasi resmi terkait kabar tersebut.
Baca juga: Lowongan Kerja BPJS Ketenagakerjaan September 2025: Cek Posisi, Jadwal, dan Cara Daftarnya
Industri rokok dalam beberapa tahun terakhir memang menghadapi tekanan berat. Kenaikan cukai dan maraknya peredaran rokok ilegal membuat penjualan menurun. Kondisi ini juga dirasakan Gudang Garam.
Laporan keuangan menunjukkan tren penurunan laba yang cukup tajam:
Meski tidak mencatat rugi, penurunan drastis ini menjadi sinyal bahwa bisnis rokok semakin berat untuk dijalani.
Baca juga: Rekrutmen PCPM BI 2025 Dibuka: Cek Syarat, Jurusan, dan Cara Daftarnya
Gudang Garam lahir dari tangan dingin Surya Wonowidjojo (Tjoa Ing-Hwie) pada 1956.
Awalnya, ia merintis usaha rumahan dengan merek Inghwie yang laku keras di pasaran. Dua tahun kemudian, pada 1958, Gudang Garam resmi berdiri dengan tiga produk utama:
Nama Gudang Garam sendiri memiliki cerita unik. Konon, Surya mendapat mimpi melihat lima gudang di dekat rel kereta api Kediri. Dari situlah lahir nama dan logo legendaris yang masih melekat hingga kini.
Pada 1971, Gudang Garam resmi menjadi perseroan terbatas (PT Gudang Garam Tbk), lalu pada 27 Agustus 1990 perusahaan melakukan IPO dan mencatatkan sahamnya di bursa.
Baca juga: Cara Menabung Emas di Pegadaian untuk Pemula, Keuntungan, dan Syaratnya
Sejak wafatnya Surya Wonowidjojo pada 1985, kepemimpinan perusahaan berpindah ke anaknya, Rachman Halim, yang membawa Gudang Garam berjaya pada era 1980–2000-an.
Kini, tongkat estafet dipegang Susilo Wonowidjojo sebagai Presiden Direktur. Bisnis ini pun tetap dikelola erat oleh keluarga Wonowidjojo. Beberapa nama penting di jajaran manajemen antara lain:
Baca juga: 5 Tips Investasi untuk Gaji Pas-pasan agar Tetap Bisa Cuan
Meski core business tetap di rokok, Gudang Garam gencar melakukan diversifikasi. Beberapa sektor yang digarap antara lain:
Bandara Dhoho Kediri memang sudah beroperasi, meski aktivitas penerbangannya masih terbatas. Namun langkah ini menunjukkan keseriusan Gudang Garam dalam memperluas portofolio bisnis di luar rokok.
Baca juga: Rahasia Financial Freedom ala Kemenkeu
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini