Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kinerja Keuangan KAI Tergerus Utang Whoosh, KCI Pastikan Tak Berdampak ke Pelayanan

Kompas.com - 12/09/2025, 12:20 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Asdo Artriviyanto memastikan pelayanannya tetap optimal dan tak berdampak meski kinerja keuangan PT Kereta Api (Persero) tergerus akibat utang kereta cepat Whoosh yang membengkak.

Adapun berdasarkan laporan keuangannya, PT KAI menanggung rugi di PT PSBI sebesar Rp 951,48 miliar atau sesuai dengan porsi jumlah sahamnya di konsorsium BUMN tersebut.

Bahkan pada sepanjang tahun 2024, saat PT PSBI mencatatkan kerugian Rp 4,19 triliun, KAI ikut harus menanggung rugi di anak usahanya itu sebesar Rp 2,24 triliun.

PT KAI sendiri ditunjuk sebagai pemimpin konsorsium, memegang saham terbanyak 58,53 persen di PT PSBI.

“(Kinerja keuangan KAI) enggak ada berdampak ke kita karena memang yang punya utang mereka (KCIC),” ujarnya saat ditemui media di Jakarta, Jumat (12/9/2025).

Baca juga: KCIC Ungkap Penyebab Kereta Whoosh Sempat Terhenti di KM 133+174

Asdo mengatakan, selama ini pihaknya mayoritas memanfaatkan anggaran dari skema subsidi pemerintah (PSO) yang besaran anggaran PSO-nya bervariasi setiap tahunnya.

Berdasarkan catatan Kompas.com, PSO yang diterima KCI melalui KAI berfluktuasi yakni di tahun 2020 Rp 1,5 triliun, 2021 Rp 2,2 triliun, 2022 Rp 1,6 triliun, 2023 Rp 2,1 triliun, dan 2024 Rp 2,1 triliun.

Hal ini juga diamini oleh Direktur Keuangan KAI Commuter Rahim Ramdhani. Dia bilang sebagian besar layanan operasionalnya didongkrak adanya PSO. Sehingga dia memastikan, apabila keuangan KAI tergerus, layanan KRL mereka tetap optimal.

“Kita selalu disupport sama induk dan juga pemeirntah, kereta-kereta kita hampir 90 persen ke atas itu subsidi. Jadi enggak bakal ada hubungannya dengan utang yang semakin meningkat karena ini memang bagian dari pelayanan publik juga,” katanya.

Baca juga: Proyek IKN dan Whoosh Jadi Contoh Transformasi Digital dan Infrastruktur RI di Belt and Road Summit

Diberitakan sebelumnya, Keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berdarah-darah. Beban berat pembayaran utang plus bunga ke pihak China, ditambah biaya operasional tinggi, membuat perusahaan merugi triliunan.

PT KCIC adalah perusahaan operator Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) alias Whoosh. Praktis, kerugian PT KCIC harus ditanggung empat perusahaan BUMN Indonesia yang terlibat di dalamnya.

Untuk diketahui saja, 4 BUMN Indonesia membentuk konsorsium perusahaan patungan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PT PSBI ini kemudian menjadi pemegang saham mayoritas di PT KCIC.

Sebagian besar pembiayaan proyek KCJB memang bersumber dari pinjaman China Development Bank (CDB). Sementara sisanya ditopang oleh APBN, serta penyertaan modal gabungan antara BUMN Indonesia dan perusahaan asal China yang terlibat dalam pembangunan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Ekbis
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Cuan
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Energi
Laba Bersih DATA  Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Laba Bersih DATA Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Cuan
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Cuan
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Keuangan
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Keuangan
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Ekbis
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
Ekbis
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Ekbis
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Cuan
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau