JAKARTA, KOMPAS.com - Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) rebound ke level Rp 8.000 pada awal pekan, usai manajemen perseroan menggelar Public Expose (Pubex) pada Kamis (11/9/2025). Pergerakan positif ini membuat pelaku pasar semakin optimistis terhadap prospek saham BBCA hingga akhir 2025.
Pada hari Pubex digelar, saham BBCA ditutup menguat 0,64 persen ke Rp 7.850. Kenaikan berlanjut pada Jumat (12/9/2025) dengan penguatan 0,96 persen ke Rp 7.925. Awal pekan ini, Senin (15/9/2025), saham BBCA kembali menanjak 1,58 persen ke Rp 8.050 hanya dalam 30 menit pertama perdagangan.
Dalam paparan Pubex, manajemen BBCA menegaskan fundamental bank tetap solid dengan dukungan dana murah (CASA) yang kuat. Per Juni 2025, posisi CASA mencapai Rp 982,1 triliun atau tumbuh 7,3 persen year-on-year (yoy), lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri.
Baca juga: Anomali Saham CBRE: Awal Tahun Cuma Rp 19, Kini Naik 3.163 Persen
Rinciannya, giro BBCA mencapai Rp 385,5 triliun (naik 9,2 persen yoy) dan tabungan Rp 596,7 triliun (naik 6,1 persen yoy). Total Dana Pihak Ketiga (DPK) menembus Rp 1.189,8 triliun dengan pertumbuhan 5,7 pesen yoy. Dengan capaian tersebut, porsi CASA BBCA mencapai 82,5 persen.
Sementara itu, penyaluran kredit BBCA per Juni 2025 tembus Rp 959 triliun, tumbuh 12,9 persen yoy. Likuiditas yang ample tercermin dari rasio LDR hanya 78 persen, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri di kisaran 90 persen.
Analis perbankan KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi, menilai BBCA mampu menjaga ketahanan di tengah probabilitas perlambatan kredit dan biaya atas kredit atau pencadangan. .
“Bank ini secara proaktif memperkuat neracanya melalui tambahan pencadangan, sebuah langkah yang bijak dan kami yakini dapat mengurangi risiko,” ujarnya dalam risetnya.
Akhmad juga memperkirakan tidak akan ada lonjakan kredit macet (NPL) karena kualitas aset BBCA yang kuat. Selain itu, bisnis perbankan transaksional dan ekosistem digital yang kokoh diyakini mampu menjaga biaya dana (Cost of Funds/COF) tetap rendah.
Senada, analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, juga memberikan outlook positif. Menurut mereka, pedoman pertumbuhan kredit BBCA sebesar 7–8 persen berpotensi terlampaui setelah melihat kinerja semester I 2025.
Mereka juga menyoroti peningkatan Net Interest Margin (NIM) sebesar 10 bps yoy menjadi 5,8 persen, sesuai panduan 5,7–5,8 persen.
“Pertumbuhan CASA sebesar 7,3 persen secara tahunan menunjukkan kekuatan berkelanjutan dalam bisnis perbankan transaksi dan ekosistem digital bank tersebut. Bank merevisi panduan biaya kredit (CoC) menjadi 30–50bps (sebelumnya 30bps), menunjukkan sikap kehati-hatian yang berkelanjutan." tulis laporan riset tersebut
Selain itu, manajemen BBCA juga merevisi panduan biaya kredit (Cost of Credit/CoC) menjadi 30–50 bps dari sebelumnya 30 bps, yang menunjukkan sikap hati-hati dalam mengantisipasi risiko.
Baik KB Valbury maupun Samuel Sekuritas sepakat memberikan rekomendasi buy untuk saham BBCA.
Akhmad Nurcahyadi menargetkan harga saham BBCA di Rp11.080/saham atau setara 4,8x PBV untuk 2025.
Sementara Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman memberikan target harga Rp10.000/saham atau setara 4,2x PBV.
Dengan kinerja solid, likuiditas ample, dan dukungan dana murah yang kuat, saham BBCA dinilai masih memiliki ruang penguatan yang menarik hingga akhir 2025.
Baca juga: Ada Saham Pemerintah di Proyek Pagar Beton di Laut Cilincing
Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang