JAKARTA, KOMPAS.com - Masuknya etanol impor asal Thailand dalam jumlah besar membuat harga tetes tebu atau molasses terjun bebas dan memicu isu sejumlah pabrik gula berpotensi berhenti beroperasi.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman membantah bahwa ada pabrik gula yang stop beroperasi, akibat impor etanol.
“Jadi gini, ini saya lurusin. Tetes itu adalah hasil sampingan dari pabrik gula. Pabrik gula ini jalan terus,” ujar Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Jumat (19/9/2025).
Baca juga: Permendag Baru Resmi Batasi Impor Etanol dan Singkong, Petani Lokal Bernapas Lega
Ilustrasi gula, gula pasir.Biasanya, tetes diserap industri etanol dalam negeri, tetapi kali ini tersaingi oleh produk dari luar negeri.
Lebih jauh, ia menyebut pemerintah terus mencari titik keseimbangan agar semua pihak, petani, pengusaha, hingga konsumen, mendapat manfaat yang adil.
“Bagaimana petani tersenyum, tapi konsumen bahagia, pengusahanya untung. Itu keinginan negara. Tidak ada boleh kita korbankan satu pun. Petani atau produsen, pengusahanya, kemudian konsumennya, tiga-tiga ini harus kita jaga,” paparnya.
Baca juga: Mentan Tegaskan Lartas Etanol Tak Rugikan Industri Dalam Negeri
Saat ini harga tetes tebu ada di angka Rp 700 per kilogram (kg).
Anjloknya harga komoditas ini dipicu oleh masuknya impor molasses dari Thailand untuk kebutuhan bahan baku etanol, sejak terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 16 Tahun 2025.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Fathudin Rosid, mengatakan kebijakan membuka keran impor molasses memukul keras produsen gula nasional, terutama produsen tetes tebu.