Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak yang Otodidak, Kompetensi Sopir Truk di Indonesia Dipertanyakan

Kompas.com - 04/06/2025, 07:12 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini, terjadi kecelakaan lagi di jalan tol Jagorawi, tepatnya di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2. Truk kontainer mengalami rem blong dan menabrak pintu tol.

Untungnya, tidak ada korban jiwa pada insiden ini. Namun, kerusakan yang terjadi cukup parah.

Baca juga: Kecelakaan di GT Ciawi 2: Pemerintah dan Stakeholder Perlu Berbenah

Sebelumnya, pernah juga terjadi kecelakaan serupa, tepatnya pada Februari 2025. Tapi, kecelakaan tersebut lebih fatal, karena memakan banyak korban jiwa.

Sebuah truk kontainer dengan nomor polisi F 9718 FE terlibat kecelakaan di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2, Kota Bogor, Jawa Barat, pada Senin (2/6/2025) pukul 13.15 WIB.KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN Sebuah truk kontainer dengan nomor polisi F 9718 FE terlibat kecelakaan di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2, Kota Bogor, Jawa Barat, pada Senin (2/6/2025) pukul 13.15 WIB.

Ketua umum Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo) Kyatmaja Lookman, mengatakan, kecelakaan tersebut terjadi karena human error, seperti pada kecelakaan sebelumnya.

"Kalau saya lihat di pemberitaan, pakai transmisi gigi tinggi. Sehingga, tidak ada engine brake," ujar Kyatmaja, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/6/2025).

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Truk Kontainer di GT Ciawi 2

"Memang kompetensi pengemudi menjadi vital ya kalau mengemudikan di daerah pegunungan berbukit yang jalannya menurun panjang," kata Kyatmaja.

Foto: Screenshot video pasca kecelakaan truk di Jalan Nasional Asembagus, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur pada Senin (3/3/2025).Dokumentasi Polres Situbondo Foto: Screenshot video pasca kecelakaan truk di Jalan Nasional Asembagus, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur pada Senin (3/3/2025).

Dia menambahkan, terkait kompetensi, perlu adanya pembekalan untuk para sopir truk di Indonesia. Sebab, banyak pengemudi tersebut yang otodidak alias belajar sendiri, tidak melalui pelatihan khusus. Bahkan, kebanyakan sopir truk adalah mantan kernet.

"Kita sampai saat ini tidak ada sekolah mengemudi truk," ujar Kyatmaja.

Kecelakaan truk diduga alami rem blong di GT Ciawi 2Dok. Jasa Marga Kecelakaan truk diduga alami rem blong di GT Ciawi 2

Menurutnya, yang ada saat ini hanya kursus singkat, selama 2-3 harian. Tentunya, hasilnya akan berbeda dengan sekolah pilot yang bisa berbulan-bulan lamanya.

"Sebenarnya, sekolah pengemudi ini bisa bekerjasama dengan perusahaan angkutan untuk tempat magang. Tapi, terkendala biaya," ujar Kyatmaja.

Kyatmaja menambahkan, jika bisa, dia ingin ada SMK untuk pengemudi truk. Sehingga, ada program yang terstruktur untuk para pengemudi truk dan bisa menghasilkan SDM yang lebih berkualitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau