Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.411 Guru P1 Swasta di Jateng Terlantar, PGRI: Pemda Harus Ambil Sikap, Lulus tapi Tak Diangkat

Kompas.com - 22/07/2025, 16:03 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com – Ketua PGRI Jawa Tengah sekaligus anggota DPD RI asal Jawa Tengah, Muhdi, angkat suara terkait nasib 1.411 guru prioritas satu (P1) dari sekolah swasta atau R1D di Jawa Tengah yang belum mendapat penempatan, meski telah lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sejak 2021.

Menurut Muhdi, seharusnya pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota bisa segera mengajukan formasi agar para guru tersebut mendapatkan kepastian penempatan di satuan pendidikan.

Baca juga: Selain Program Kesehatan, Purworejo Gulirkan Umrah Gratis untuk Guru Ngaji

"Yang pasti, P1 yang belum diangkat atau belum dapat formasi, kalau pemerintah daerah mau mengajukan, bisa. Bahkan tidak perlu paruh waktu, tapi penuh waktu. Karena dia sudah lolos, tinggal nunggu formasi. Nah, inilah sekarang bola ada di kabupaten, kota, dan provinsi," tegas Muhdi saat dikonfirmasi, Selasa (22/7/2025).

Ia menyoroti pentingnya keberpihakan pemerintah daerah terhadap persoalan guru, terutama mereka yang telah lama menanti penempatan.

Tak sedikit guru swasta yang justru dikeluarkan dari sekolah tempat mengajar setelah dinyatakan lulus P1, karena dianggap akan segera dipindahkan oleh pemerintah.

Akibatnya, banyak guru yang harus beralih profesi menjadi juru parkir hingga pedagang cilok demi bertahan hidup di tengah ketidakpastian.

Muhdi mengungkapkan bahwa dirinya juga telah berkomunikasi dengan pemerintah pusat agar mendorong daerah mengajukan formasi untuk para guru P1 swasta tersebut.

"Tolonglah mereka yang masih ada umur (belum mendekati pensiun), segeralah diangkat, kasihan. Tapi ini harus daerah yang didorong lebih kuat. Dan pemerintah pusat sudah kita gedor, sudah, 'Pak Pokoknya diajukan, kita kasih NIP'," tiru Muhdi.

Inkonsistensi kebijakan rekrutmen PPPK

Muhdi juga mengkritik inkonsistensi kebijakan dalam proses rekrutmen PPPK yang menyebabkan berbagai masalah struktural di lapangan.

"Jadi ya ini jujur saja, kami juga mempermasalahkan tentang kebijakan yang tidak konsisten. Jadi awal mulanya sebenarnya niatnya baik, tetapi faktanya tidak demikian," ungkapnya.

Ia menjelaskan, awalnya pemerintah berencana merekrut 1 juta guru PPPK, namun formasi yang benar-benar dibuka oleh pemerintah daerah saat itu tidak mencapai 500.000. Padahal, jumlah peserta yang lulus seleksi melebihi jumlah formasi yang tersedia.

"Awalnya PPPK kan untuk (merekrut) honorer (yang sudah lama mengajar). Karena dirasa kurang hnaya 600.000 (formasi). Mau 1.000.000 kan kurang 400.000, maka dibukalah umum (non honorer)," beber dia.

Baca juga: Guru Madin Didenda Usai Tampar Siswa, PGRI Jateng: Ini Aneh

 

Akan tetapi begitu formasi dibuka oleh pemerintah pusat, daerah tidak membuka formasi sejumlah itu. Hal ini membuat ribuan guru P1 tidak memperoleh penempatan selama bertahun-tahun.

"Ini juga merugikan teman-teman honorer yang waktu itu belum lulus (P1). Gara-gara ada P1 swasta, (kuota) untuk honorer ini jadi formasinya dibagi (untuk P1). Ini yang memperlambat semua," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengimbau pemerintah daerah untuk segera mengambil sikap dan merespon permasalahan guru di Jawa Tengah tanpa menunggu intruksi dari pemerintah pusat.

"Saya minta kebaikan hati pemerintah kabupaten/kota dan provinsi ya," ucap Muhdi.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Regional
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Regional
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Regional
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
Regional
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Regional
Pura-pura Jadi 'Customer', Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Pura-pura Jadi "Customer", Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Regional
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Regional
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Regional
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Regional
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Regional
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program 'Minum Kopi Kita', Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program "Minum Kopi Kita", Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Regional
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Regional
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Regional
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Regional
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau