PAMEKASAN, KOMPAS.com - Sepanjang jalan Desa Bandaran, Pamekasan-Desa Tanjung Sampang ramai dan meriah, Sabtu (7/6/2025). Sejumlah delman beriringan lalu lalang siang itu.
Rupanya, ada budaya rakyat yang sedang berlangsung secara turun temurun di sana. Tradisi itu dinamai pir-piran.
Kuda dihias beragam aksesoris sambil menarik kereta, jalannya pelan seolah menari, diiringi bunyi musik yang terdengar di sepanjang jalan.
Di dalamnya duduk beberapa orang dengan pakaian bersih dan berdandan menor. Ongkos menarik delman pun mencapai Rp 150 ribu untuk sekali jalan.
Baca juga: Sate Lalat Khas Pamekasan, Berdiri Sejak 1927, Bumbu Khasnya Bikin Ketagihan
Mereka bersorak riang, melambai dengan perhiasan di tangan. Mereka juga saling menyapa satu sama lain. Sementara, sebagian warga lain duduk berkumpul, dan sesekali terlihat saling bersalaman.
"Ini adalah tradisi pir-piran. Kami merayakannya pada Idul Adha, Idul Fitri, dan lebaran ketupat," begitu kata Asmad (57), warga Desa Bandaran, Pamekasan.
Ia menceritakan, tradisi ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Warga dua desa saling bersilaturrahmi satu sama lain.
Dulu, hanya ada delman atau dokar dan identik pakaian baru dan perhiasan. Ini adalah simbol silaturrahim yang terus dirawat antarwarga di dua desa.
Dia bercerita, awalnya, setiap delman dihias berkeliling di perbatasan kota, Desa Bandaran dan Desa Tanjung dengan pengeras suara tradisional.
Kini, masyarkat mengembangkan dengan pengeras suara modern yang berjarak tidak lebih dari 10 meter di dua sisi jalan. "Sekarang bukan hanya ajang silaturrahmi. Tapi juga sebagai hiburan," tandas dia.
Baca juga: Presiden Prabowo Beli Sapi Kurban Asal Pamekasan Seharga Rp 100 Juta
Masyarakat kompak tidak melaut hingga tradisi selesai digelar. Saat Idul Adha hanya berlangsung dua hari, Idul Fitri berlangsung dua hari, dan satu hari di hari ketujuh pasca Idul Fitri.
Warga lainnya, Sulastri (34), Warga Desa Bandaran, Kec. Camplong, Sampang mengaku momen pir-piran selalu ditunggu masyarakat.
"Dengan adanya tradisi ini, kita tidak bermalas-malasan berkunjung ke keluarga," kata dia.
Dia mengaku kaum perempuan banyak membeli perhiasan menjelang pir-piran. "Bagi kami memamerkan gelang, kalung dan perhiasan lainnya bukan sombong. Tapi kebanggaan antar saudara," ucap dia.
Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 14.30 hingga pukul 19.00 WIB. Setiap tahun perlu penanganan khusus untuk mengurai kemacetan akibat tradisi ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.