MADIUN, KOMPAS.com - Mantan narapidana terorisme yang juga eks pemimpin Jemaah Islamiyah (JI), Para Wijayanto, berkeliling ke seluruh Indonesia untuk membimbing sekitar 8.000 mantan anak buahnya supaya kembali ke pangkuan NKRI.
Tak sendiri, Wijayanto selaku eks Amir JI didampingi eks pucuk pemimpin lainnya seperti Choirul Anam alias Bravo (Eks Ketua Bidang Tajhriz JI), Joko Priyono (Eks Ketua Sasana JI) dan Wiji Joko (Eks Ketua Bidang Hubungan Internasional JI).
Salah satu tempat yang disinggahi Wijayanto bersama eks pemimpin JI lainnya yakni Kota Madiun, Jawa Timur. Ratusan eks anggota JI yang berasal dari Madiun Raya (Madiun, Ponorogo, Ngawi, Magetan dan Pacitan) dikumpulkan di Sun City Hotel Madiun mengikuti bimbingan dan diskusi yang digelar atas kerja sama Detaseman Khusus 88 Polri dan Rumah Wasathiyah pada Rabu (3/9/2025).
Baca juga: Direktur Ponpes di Semarang Blak-blakan Pernah Jadi Anggota JI, Kini Tegaskan Setia NKRI
Sebelum ke Madiun, Wijayanto bersama eks pemimpin JI lainnya sudah berkeliling ke Riau, Medan, Lampung, Kudus, Semarang, Solo hingga ke Lapas Nusa Kambangan.
Keputusan berkelilng dari kota ke kota agar eks JI langsung mendengar ucapan keputusan dari pimpinannya. Apalagi, eks anggota JI di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 8.000.
Baca juga: Kasus Dugaan Replanning Lahan secara Sepihak, Cak Ji Perintahkan Pembangunan Proyek Dihentikan
“Supaya mereka bisa bertemu langsung dengan saya. Karena mendengar dan bertemu langsung berbeda dengan bila tidak mendengar langsung. Dan saya baru keluar dari penjara tiga bulan yang lalu. Begitu keluar saya keliling supaya mereka yakin ini keputusan (kembali ke NKRI) berasal pucuk pimpinan,” kata Wijayanto.
Wijayanto yang ditunjuk sebagai pembicara utama menyatakan, bimbingan bagi ratusan eks JI untuk membersihkan sisa-sisa ideologis ekstrem menjadi moderat. Dengan demikian, JI yang sudah dibubarkan setahun yang lalu, semua anggotanya dapat kembali sepenuhnya ke NKRI.
“Kegiatan ini untuk memastikan transformasi ideologis eks JI dari ekstrem menjadi wasathiyah (moderat) yang menjadi ciri utama ahli sunnah wal jemaah. Ini ada dalam poin kedua deklarasi pembubaran JI dan kembali ke NKRI pada tanggal 30 Juni 2024. Dan kegiatan ini bagian komitmen dan konsistensi untuk melaksanakan poin-poin deklarasi pembubran JI setahun yang lalu,” jelas Wijayanto.
Wijayanto menyatakan, setelah mendapatkan bimbingan dengan keilmuan yang jelas, para eks anggota JI merasa tercerahkan dan makin mantab untuk kembali penuh kepada NKRI. Terlebih, perubahan dari ideologi ekstrem ke moderat didasari keilmuan dan syariat yang jelas.
“Para eks JI lebih jelas dan tercerahkan sekarang merasa lebih mantab. Kami jelaskan dengan kitab-kitab Turats yang ditulis oleh Ibnu Tamimiyah, Ibnu Qoyim dan Ibnu Hambali. Kitab itu ditulis pada tahun 513 Hijriah dan 700 Hijriah. Dengan penjelasan pemahaman sebelumnya harus dikoreksi. Yang sebelumnya memusuhi sekarang semuanya mendukung NKRI,” kata Wijayanto.
Wijayanto mengatakan, untuk menghapus doktrin pada eks anggota JI membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Terlebih, saat seseorang hendak bergabung dengan JI membutuhkan waktu hingga empat tahun lamanya.
“Untuk itu menghapus doktrin lama itu tidak bisa sehari. Makanya kita ada roadmap selama 5 tahun untuk memastikan residu-residu bisa dibersihkan agar kembali ke washatiyah (moderat). Sehingga berperilaku dan bertindak secara benar,” ungkap Wijayanto.
Senada dengan Wijayanto, Choirul Anam alias Bravo (Eks Ketua Bidang Tajhriz JI) menyatakan para eks JI mudah kembali ke pangkuan NKRI lantaran dalil yang diberikan sesuai dengan syariat keilmuan. Ia hanya mengkhawatirkan kelompok lain di luar JI yang dulu memiliki pemahaman yang sama dengan JI.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini