Hal serupa juga diungkapkan Deady Suryadilaga, pustakawan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Pasuruan.
Menurutnya, AI dan kemajuan teknologi tidak dapat dihindari, namun juga jangan sampai merugikan.
"Misalnya, saat ini AI dapat menghasilkan gambar atau tulisan secara otomatis. Namun, AI bisa saja salah jika pesan yang dimasukkan kurang tepat akibat literasinya kurang," terangnya.
Untuk itu, seorang pustakawan harus berpacu membangun inovasi di tengah lemahnya minat baca.
"Misalnya, di perpustakaan ini ada penurunan kunjungan umum ke kantor perpustakaan, maka kepedulian pustakawan harus turun ke lapangan. Misalnya, ke sekolah, mengajak komunitas, atau yang lain," katanya.
Saat ini, di Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Pasuruan sudah mempunyai sejumlah program untuk menambah sekaligus memperkuat literasi bagi warga Kota Pasuruan.
Di antaranya, Silabu (Sistem Pinjam Antar Buku). Petugas perpustakaan mengantar buku bagi warga yang ingin membaca tanpa harus mendatangi Kantor Perpustakaan dan Kearsipan.
Ada juga Kompling Mas (Kolaborasi Perpustakaan Keliling Masyarakat). Warga dapat menikmati layanan baca buku yang dibawa keliling di tempat tertentu.
Biasanya, kegiatan ini digelar di tempat keramaian.
"Pustakawan itu harus jadi pemantik guna memperkuat literasi seseorang, khususnya bagi pemuda dan siswa sekolah," katanya.
Saat ini, koleksi buku yang dimiliki Perpusda Kota Pasuruan sebanyak 30.000 buku, mulai dari jenis buku ilmiah, fiksi, majalah, hingga jurnal.
Dari jumlah puluhan ribu buku tersebut, juga disebar di 34 pojok baca setiap kelurahan.
Untuk mengelola buku-buku tersebut, terdapat 8 pustakawan dan 4 tenaga teknis.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang