KOMPAS.com - Jumlah tamu hotel di Jakarta menurun setelah penetapan efisiensi anggaran pemerintah berlaku mulai awal tahun 2025.
Demi menekan pengeluaran, hotel-hotel di Jakarta mengambil langkah antisipatif berupa efisiensi listrik dan air.
"Saat ini yang dilakukan hotel di Jakarta mungkin efisiensi di segala lini, terutama listrik yang mulai naik dan air," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jakarta Sutrisno Iwantono ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (31/5/2025).
Pasalnya, selain keterisian kamar hotel yang kian berkurang, kenaikan biaya operasional juga menjadi masalah bagi pengelola hotel.
Dikutip dari Kompas.com pada Sabtu (31/5/2025), tarif air dari PDAM mengalami kenaikan hingga 71 persen, sementara harga gas melonjak 20 persen.
Baca juga: Beda Hotel, Hostel, dan Homestay, Jangan Sampai Keliru Saat Mau Menginap
Belum lagi adanya kenaikan tahunan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang menyebabkan tekanan dari sisi pendapatan dan pengeluaran yang tidak seimbang, sehingga memicu pelaku usaha mulai mengambil langkah-langkah antisipatif.
Jika kondisi ini terus berlanjut, kata Sustrisno, sebagian besar pengusaha hotel di Jakarta bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Berdasarkan survei kami, mereka (pemilik hotel) cenderung melakukan pengurangan pegawai sekitar 10-30 persen," ungkap Sutrisno.
PHRI Jakarta pun mengusulkan lima hal untuk memulihkan sektor usaha perhotelan di Jakarta.
Baca juga: Realita Pekerja Hotel di Solo: Dulu Melayani Orang Liburan, Kini Diliburkan
Selain pelonggaran kebijakan anggaran pemerintah untuk perjalanan dinas dan kegiatan rapat, PHRI juga meminta peninjauan kembali terhadap kebijakan tarif air, harga gas industri, dan UMP sektoral.
Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (31/5/2025), Ketua Umum IHGMA I Gede Arya Pering menuturkan bahwa merosotnya pendapatan hotel justru datang dari sepinya ruang rapat (meeting room) yang disewa oleh tamu.
"Kontribusi okupansi kamar hotel dan MICE di hotel itu idealnya 50 banding 50," kata Arya.
Wakil Ketua Umum IHGMA Garna Sobhara Swara, mencontohkan kasus yang terjadi di hotelnya, The 1O1 Jakarta Sedayu Darmawangsa, salah satu hotel bintang 4 paling terdampak efisiensi.
Hotel tersebut memiliki 10 ruang rapat berkapasitas total 200 orang. Usai adanya efisiensi anggaran pemerintah, semua ruang rapatnya kosong.
Baca juga: Dulu Hotel Tampung Ratusan Orang Rapat, Kini Kosong bak Pandemi
"Sebelum efisiensi anggaran ini, saya bisa menampung 200 tamu, tetapi saat ini kosong," kata Garna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram