KOMPAS.com - Saat ini, wisatawan yang hendak naik ke atas Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, harus mematuhi prosedur.
Seperti, memesan tiket secara online (jika kuota masih ada pada tanggal yang dipilih) dan mengenakan sandal khusus, yakni upanat.
Hal itu diterapkan sebagai upaya pelestarian Candi Borobudur, yakni pembatasan jumlah wisatawan per hari dan penggunaan alas kaki khusus.
Baca juga: Arupadhatu, Bagian Atas Candi Borobudur yang Dikunjungi Prabowo dan Macron
Untuk sandal khusus, aturan ini diberlakukan sejak Desember 2023 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai upaya nyata dalam menjaga keutuhan batuan candi dari kerusakan akibat gesekan alas kaki biasa.
Menurut penelitian Balai Konservasi Borobudur, gesekan dari alas kaki konvensional dapat menyebabkan keausan pada permukaan batu candi. Untuk itu, diperlukan alas kaki khusus yang ramah terhadap struktur candi, sehingga lahirlah sandal upanat sebagai solusi.
Sandal upanat merupakan alas kaki tradisional yang terbuat dari bahan alami seperti daun pandan, batok kelapa, dan busa ati. Nama upanat berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti alas kaki.
View this post on Instagram
Sandal ini tak hanya ramah terhadap batu candi, tetapi juga telah melalui serangkaian riset sejak Januari 2022 untuk memenuhi standar daya tahan (durability), kenyamanan (ergonomi), dan keselarasan visual.
Menariknya, inspirasi desain sandal ini berasal dari relief Karmawibhangga panel 150 di Candi Borobudur, yang menggambarkan dua orang mempersembahkan alas kaki kepada seorang Brahmana.
Baca juga: Jangan Merogoh Stupa Candi Borobudur, Sebabkan Kerusakan
Relief tersebut memperlihatkan bentuk alas kaki yang menyerupai sandal upanat masa kini, sehingga menjadi bukti bahwa upanat adalah representasi warisan budaya yang diangkat kembali dengan pendekatan modern.
Lebih dari sekadar alat pelindung batu candi, penggunaan sandal upanat membawa misi edukatif terkait konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).
Pengunjung diajak untuk tidak hanya menikmati keindahan situs budaya, tetapi juga ikut menjaga dan merawatnya demi generasi mendatang.
Selain itu, kebijakan ini juga mendorong tumbuhnya industri kreatif lokal. Produksi sandal upanat melibatkan para pengrajin dari wilayah sekitar Candi Borobudur.
Baca juga: Pesona Candi Borobudur Akhiri Lawatan Macron di Indonesia
Hingga kini, tercatat ada delapan rumah produksi yang aktif membuat sandal ini untuk memenuhi permintaan harian yang mencapai sekitar 1.200 pasang.
Dengan demikian, pelestarian warisan budaya ini juga berdampak langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.