Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Pemicu Demonstrasi Tolak Pariwisata Massal di Barcelona?

Kompas.com - 17/06/2025, 16:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah orang menggelar aksi demontrasi menolak fenomena pariwisata massal (mass tourism) di kawasan Eropa Selatan pada Minggu (15/6/2025). Aksi demonstrasi tersebut berlangsung di Barcelona (Spanyol), Portugal, dan Italia.

Adapun aksi demontrasi tersebut diorganisir oleh aliansi "Eropa Selatan Melawan Over Tourism" yang beranggotakan kelompok-kelompok dari Barcelona, Portugal, dan Italia. Mereka menggelar aksi demonstrasi secara paralel dengan Barcelona sebagai lokasi pusat demonstrasi.

Mereka berjalan kaki sembari membawa spanduk dan meneriakkan tuntutan. Di Barcelona, mereka berupaya untuk menuju Gereja Katolik Sagrada Familia yang telah diblokade oleh polisi.

Baca juga: Protes Tolak Pariwisata Massal di Barcelona, Warga Tembaki Turis

Para demonstran juga terlihat menembakkan pistol air ke wisatawan dan etalase toko, menyalakan smoke bomb, serta menempelkan stiker bertuliskan “Pembelaan Warga, Turis Pulang” di jendela hotel dan toko-toko.

Di antara teriakan massa terdengar yel-yel “Liburanmu, deritaku,” serta spanduk yang berbunyi “Pariwisata massal membunuh kota” dan “Keserakahan mereka menghancurkan kami”.

Apa pemicu demonstrasi tolak pariwisata massal di Barcelona?

 Sejumlah orang menggelar aksi demontrasi menolak fenomena pariwisata massal (mass tourism) di kawasan Eropa Selatan pada Minggu (15/6/2025). Aksi demonstrasi tersebut berlangsung di Barcelona (Spanyol), Portugal, dan Italia.Reuters Sejumlah orang menggelar aksi demontrasi menolak fenomena pariwisata massal (mass tourism) di kawasan Eropa Selatan pada Minggu (15/6/2025). Aksi demonstrasi tersebut berlangsung di Barcelona (Spanyol), Portugal, dan Italia.
Dilansir dari Reuters, aksi demonstrasi di Barcelona tersebut dipicu oleh fenomena pariwisata massal merugikan mereka. Pariwisata yang tak terkendali membuat harga perumahan naik dan membuat orang-orang setempat keluar dari tempat mereka tinggal.

Isu utama yang menjadi pemicu aksi demonstrasi ini adalah dampak sosial dan ekonomi dari pariwisata yang tak terkendali.

Tingginya jumlah kunjungan turis menyebabkan harga sewa tempat tinggal melonjak dan memaksa warga sempat meninggalkan lingkungan tempat tinggal mereka.

Baca juga: Pelesir ke Barcelona? Ini 4 Fakta Menarik Seputar La Rambla

Dikutip dari Global News, jumlah turis yang berkunjung ke Barcelona sepanjang tahun 2024 mencapai 26 juta turis. Sementara itu, jumlah populasi di Barcelona hanya berjumlah 1,6 juta.

Salah satu massa demonstran di Barcelona, Varia Arana mengatakan, para peserta demonstrasi membutuhkan pariwisata yang bertanggung jawab bukan pariwisata massal. Pariwisata yang dibutuhkan adalah pariwisata yang menghargai kesehatan, para pegiat wisata, dan saling menghargai orang-orang yang bekerja di bidang wisata.

"Karena apa, mass tourism membuat kami dekat dengan kemiskinan. Kami tidak mendapatkan apa-apa dari model wisata mass tourism. Mass tourism berdampak kepada sektor perumahan. Karena semakin banyak turis datang, kami dipaksa keluar dari apartemen sehingga pemilik apartemen bisa menyewakan ke turis," kata Varia.

Hasil foto Tecno Camon 40 4G di Sagrada Familia Barcelona.KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto Hasil foto Tecno Camon 40 4G di Sagrada Familia Barcelona.
"Kami tidak dapat hidup di kota ini. Harga sewa (apartemen) sangat mahal karena AirBnb dan juga ekspatriat yang datang dan tinggal di sini karena musim," kata Marina sambil membawa spanduk bertuliskan "Your AirbnB used to be my home" seperti dikutip dari BBC. 

Marina menjelaskan, tujuan para demonstran bukan untuk menghentikan pariwisata. Menurutnya, sektor pariwisata merupakan hal yang baik.

"Namun, pariwisata yang baik perlu harga yang normal." tambah Marina.

Baca juga: Menyusuri La Rambla, Barcelona

Sementara itu, Elena mengatakan, para demonstran tak melawan turis-turis yang datang ke Barcelona. Namun, tuntutannya adalah bagaimana untuk mengatur sektor pariwisata.

"Anak muda tak mampu untuk tinggal di Barcelona atau melakukan hal-hal yang biasa seperti menikmati kopi karena harga yang sangat mahal dengan pendapatan yang kami punya," kata Elena dikutip dari BBC.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Daftar Lengkap Cuti Bersama 2026, dari Imlek hingga Natal
Daftar Lengkap Cuti Bersama 2026, dari Imlek hingga Natal
Travel News
Patung Hachiko di Tokyo, Kisah Anjing Paling Setia di Dunia yang Bikin Haru Wisatawan
Patung Hachiko di Tokyo, Kisah Anjing Paling Setia di Dunia yang Bikin Haru Wisatawan
Travelpedia
Arab Saudi Kurangi Masa Berlaku Visa Umrah, Kini Hanya 1 Bulan
Arab Saudi Kurangi Masa Berlaku Visa Umrah, Kini Hanya 1 Bulan
Travel News
Keraton Yogyakarta Setop Pentas Gamelan Wisata hingga Pemakaman PB XIII
Keraton Yogyakarta Setop Pentas Gamelan Wisata hingga Pemakaman PB XIII
Travel News
Mesir Buka Grand Egyptian Museum, Ada 5.000 Koleksi Firaun Tutankhamun
Mesir Buka Grand Egyptian Museum, Ada 5.000 Koleksi Firaun Tutankhamun
Travel News
Awas Pungli, Retribusi Masuk Kawasan Wisata Cibodas Masih Gratis
Awas Pungli, Retribusi Masuk Kawasan Wisata Cibodas Masih Gratis
Travel News
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
Travelpedia
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
Travel News
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Travel News
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau