Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Maria Corina Machado, Penerima Nobel Perdamaian 2025 Pendukung Netanyahu

Kompas.com - 11/10/2025, 19:10 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nobel Perdamaian 2025 dianugerahkan kepada Maria Corina Machado, politisi perempuan Venezuela. Dia dianggap berjasa memperjuangkan demokrasi di negaranya.

"Ia menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela dan atas perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi," demikian pernyataan Komite Nobel Norwegia, pada Jumat (10/10/2025).

Dilansir Reuters, Machado merupakan tokoh oposisi Venezuela. Ia menang dalam pemilihan pendahuluan oposisi pada 2023 dan kampanyenya menarik banyak massa.

Namun, larangan memegang jabatan publik mencegahnya mencalonkan diri sebagai presiden melawan Nicolas Maduro dalam pemilihan tahun 2024, dan ia pun bersembunyi.

Otoritas pemilu dan pengadilan tinggi negara menyatakan Maduro memenangkan pemilihan tersebut, meskipun mereka tidak pernah mempublikasikan penghitungan suara secara rinci.

Machado muncul dari persembunyiannya untuk tampil sebentar dalam sebuah protes sebelum pelantikan Maduro pada Januari 2025. Ia sempat ditangkap dan kemudian dibebaskan.

Melalui akun X pribadinya, Machado menyatakan bahwa penghargaan ini ia persembahkan untuk rakyat Venezuela dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Saya persembahkan penghargaan ini untuk rakyat Venezuela yang menderita dan untuk Presiden Trump atas dukungannya yang tegas terhadap perjuangan kami!" tulis Machado.

Trump adalah kritikus Maduro yang gigih, dan AS adalah salah satu dari sejumlah negara yang tidak mengakui legitimasi pemerintahannya.

Kontroversi Machado

Di sisi lain, terpilihnya Machado sebagai penerima Nobel Perdamaian 2025 menuai kritik dari banyak pihak, salah satunya dari Council on American-Islamic Relations (CAIR).

Organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat ini mendesak Machado untuk meminta maaf dan mencabut dukungannya terhadap gerakan fasisme anti-Muslim di Eropa, serta aliansinya dengan Partai Likud Israel yang rasis.

CAIR juga menyatakan bahwa keputusan Komite Nobel untuk memberikan penghargaan kepada Machado meskipun ia mendukung gerakan rasis, anti-Muslim, dan fasis, merupakan "penghinaan" bagi banyak calon penerima penghargaan di seluruh dunia.

Penghargaan terhadap Machado merupakan tamparan keras terhadap para pejuang keadilan di seluruh dunia, termasuk para jurnalis, aktivis, dan politisi, yang telah mengambil risiko besar untuk menentang genosida di Gaza.

"Hadiah Nobel Perdamaian seharusnya diberikan kepada individu yang telah menunjukkan konsistensi moral dengan berani memperjuangkan keadilan bagi semua orang, bukan kepada politisi yang menuntut demokrasi di negaranya sendiri sambil mendukung rasisme, kefanatikan, dan fasisme di luar negeri," demikian pernyataan CAIR, Jumat (10/10/2025).

Pada Februari 2025, Machado menyampaikan pidato virtual di konferensi Patriots of Europe di Madrid, Spanyil. Konferensi tersebut dihadiri oleh pembicara yang termasuk ekstremis anti-Muslim, seperti Geert Wilders, Marie Le Pen, dan Viktor Orban.

Halaman:


Terkini Lainnya
INFOGRAFIK: Hoaks Istri Purbaya Mendapat Teror Berupa Kiriman Paket Darah Segar
INFOGRAFIK: Hoaks Istri Purbaya Mendapat Teror Berupa Kiriman Paket Darah Segar
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Roberto Mancini Resmi Jadi Pelatih Timnas pada Oktober 2025
[HOAKS] Roberto Mancini Resmi Jadi Pelatih Timnas pada Oktober 2025
Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Kaesang Nyatakan Buruh, Petani, dan Ojol Memintanya Jadi Presiden
INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Kaesang Nyatakan Buruh, Petani, dan Ojol Memintanya Jadi Presiden
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Balita Cuci Darah Ini Bukan Berlokasi di Indonesia
[KLARIFIKASI] Foto Balita Cuci Darah Ini Bukan Berlokasi di Indonesia
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pria Nigeria Menyamar Jadi Perempuan Saat Akan ke Dubai
[HOAKS] Pria Nigeria Menyamar Jadi Perempuan Saat Akan ke Dubai
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Hotman Paris Tunjukkan Bukti Ammar Zoni Tidak Bersalah
[HOAKS] Video Hotman Paris Tunjukkan Bukti Ammar Zoni Tidak Bersalah
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Fabrizio Romano Sebut Frank de Boer Resmi Jadi Pelatih Timnas Indonesia
[HOAKS] Fabrizio Romano Sebut Frank de Boer Resmi Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Megawati Perkenalkan Cucunya Dibagikan dengan Konteks Keliru
[KLARIFIKASI] Video Megawati Perkenalkan Cucunya Dibagikan dengan Konteks Keliru
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Tautan untuk Program Pemutihan Tunggakan Iuran JKN
[HOAKS] Tautan untuk Program Pemutihan Tunggakan Iuran JKN
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Purbaya Tawarkan Dana Bantuan Melalui Facebook
[HOAKS] Purbaya Tawarkan Dana Bantuan Melalui Facebook
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ammar Zoni Telah Bebas pada Akhir Oktober 2025
[HOAKS] Ammar Zoni Telah Bebas pada Akhir Oktober 2025
Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Tujuh Kanibal Berkeliaran di Sulawesi, Simak Bantahannya
[VIDEO] Hoaks Tujuh Kanibal Berkeliaran di Sulawesi, Simak Bantahannya
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Menkeu Purbaya Marah ke Sri Mulyani
[HOAKS] Video Menkeu Purbaya Marah ke Sri Mulyani
Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Konteks Keliru, Ucapan Erick Thohir Terkait Pelatih Baru Timnas Indonesia dari Belanda
[VIDEO] Konteks Keliru, Ucapan Erick Thohir Terkait Pelatih Baru Timnas Indonesia dari Belanda
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Raffi Ahmad Temui Aparat untuk Bebaskan Ammar Zoni
[HOAKS] Raffi Ahmad Temui Aparat untuk Bebaskan Ammar Zoni
Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau