KOMPAS.com - Berbicara di depan banyak orang sering kali menjadi tantangan besar bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang merasa tidak percaya diri.
Namun, menurut Oh Su Hyang, penulis sekaligus pakar komunikasi asal Korea Selatan, berbicara dengan baik bukan hanya soal teknik berbicara, melainkan tentang kemampuan memahami hati dan pikiran pendengar.
Dalam kunjungannya ke Indonesia pada acara Media Gathering bersama Oh Su Hyang, penulis buku best seller “Bicara Itu Ada Seninya” ini memberikan pandangan dan tips sederhana agar siapapun bisa menjadi pembicara yang percaya diri dan bermakna.
Berbicara dengan Hati, Bukan Sekadar Kata
Oh Su Hyang menjelaskan bahwa berbicara bukan hanya soal menyampaikan gagasan, tetapi juga soal membaca hati dan emosi lawan bicara.
“Berbicara dengan baik bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk memahami apa yang orang lain rasakan dan pikirkan,” ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Ia menekankan bahwa inti dari komunikasi yang baik adalah kemampuan untuk mendengarkan dan memahami keinginan pendengar.
Menurutnya, pembicara yang hebat adalah mereka yang tidak sekadar fasih berbicara, tetapi bisa membuat orang lain merasa dipahami.
“Kalau ingin menjadi pembicara yang baik, mulailah dengan belajar membaca hati orang lain. Semua hati itu harus dibaca dan kita harus mengerti apa yang mereka ingin dengar,” tambah Su Hyang.
Rahasia Percaya Diri dalam Public Speaking
Bagi banyak orang, rasa gugup adalah tantangan utama dalam berbicara di depan umum.
Menurut Su Hyang, kuncinya ada pada keberanian untuk tidak membatasi diri sendiri.
“Jangan membatasi diri sendiri. Percayalah bahwa kamu bisa, dan dari situlah akan lahir karya berbicara yang baik,” tuturnya.
Ia pun membagikan satu tips praktis yang sederhana namun efektif, yaitu berlatih berbicara dengan kalimat singkat.
“Salah satu cara melatih fokus adalah berbicara dengan tiga kata saja. Otak manusia secara alami akan fokus pada tiga kata pertama yang didengar. Kalau pesannya banyak, bagi saja menjadi tiga kalimat,” jelasnya.
Menurut Su Hyang, metode ini membantu seseorang untuk berbicara lebih tenang, jelas, dan terarah, tanpa terburu-buru atau kehilangan fokus.
Filosofi Komunikasi yang Menyentuh
Su Hyang juga membagikan filosofi yang menjadi dasar dari karya-karyanya.
Ia percaya bahwa berbicara bukanlah bakat bawaan, melainkan keterampilan yang bisa dipelajari.
“Setiap kata memiliki kekuatan untuk mengubah hidup seseorang,” ujarnya.
Ia menulis buku bukan untuk menggurui, melainkan untuk menemani pembaca yang sedang belajar memahami diri sendiri dan orang lain.
“Saya menulis bukan untuk mengajar, tapi untuk menemani. Setiap kata saya harap bisa menjadi ruang aman bagi siapa pun yang sedang belajar memahami dirinya dan orang lain,” tambahnya.
Oh Su Hyang dan Bukunya “Bicara Itu Ada Seninya”
Oh Su Hyang adalah seorang penulis, dosen, dan pakar komunikasi asal Korea Selatan.
Ia dikenal luas di Indonesia berkat bukunya “Bicara Itu Ada Seninya”, yang menjadi mega best seller internasional dan terjual jutaan kopi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Melalui buku tersebut, Su Hyang mengajarkan bahwa berbicara bukan sekadar soal keberanian tampil, melainkan juga tentang membangun hubungan yang hangat, mendengarkan dengan empati, dan menyampaikan pesan dengan hati.
Ia memulai kariernya dari latar belakang sederhana dan sempat merasa tidak memiliki keunggulan dalam berbicara.
Namun, dari pengalaman itulah ia menemukan makna sejati komunikasi, bahwa setiap orang bisa belajar untuk berbicara dengan cara yang bermakna dan menyentuh hati.
Melalui pesannya yang sederhana namun mendalam, Oh Su Hyang mengingatkan bahwa kemampuan berbicara bukan hanya tentang seberapa keras suara kita terdengar, tetapi tentang seberapa tulus niat kita untuk dipahami dan memahami orang lain.
https://www.kompas.com/edu/read/2025/11/01/161354971/bicara-itu-ada-seninya-penulis-korea-oh-su-hyang-ungkap-kunci-sukses-bicara