Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri GSM: Gonta-ganti Kebijakan Pendidikan Belum Menyentuh Akar Masalah

Kompas.com - 13/05/2025, 10:24 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal menilai lesunya minat masyarakat dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional menjadi refleksi pendidikan yang belum menjadi isu penting dan mendasar bagi masyarakat.

Rizal menjelaskan, lesunya animo publik terutama yang dirasakan kalangan guru dan anak muda karena mereka apatis dengan gonta-gantinya kebijakan kementerian pendidikan yang belum menyentuh ke akar masalah.

"Masyarakat memandang kebijakan baru sekadar ganti istilah atau program yang tampak blingsatan tidak punya arah mau dibawa kemana. Padahal dunia berubah sangat cepat dan tidak pasti," ungkap Rizal.

"Kita seperti tidak memiliki visi dan peta jalan pendidikan yang disepakati untuk diwujudkan bersama-sama," tegasnya.

Pandangan ini disampaikan Rizal dalam kegiatan lokakarya GSM bersama jajaran wakil bupati, kepala dinas pendidikan dan diikuti lebih dari empat ratus kepala sekolah setingkat SD dan SMP dari Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan (2/5/2025).

Dia menyontohkan ketidaksinambungan antara visi untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya dengan program yang akan diluncurkan kementrian pendidikan adalah pembelajaran coding dan AI.

"Di tengah rendahnya fondasi berpikir kritis dan ilmiah anak kita dengan ekosistem sekolah yang mengekang, menyebabkan masih banyak siswa belum mampu membedakan fakta dan opini," ungkap Rizal.

"Anak kita belum terbiasa berpikir sebab-akibat sederhana, membaca grafik atau statistik atau belum tuntas berpikir konkret logis, tiba tiba diajak belajar coding dan AI yang berada di level abstrak–reflektif," jelasnya.

"Maka yang terjadi adalah kecemasan belajar yang akan melahirkan ilusi kecerdasan. Bukan lompatan kemajuan yang terjadi, melainkan kemunduran yang terselubung oleh kemasan modernitas," tambah Rizal.

Baca juga: Mengapa Menteri HAM Dukung Kebijakan Pendidikan di Barak Militer ala Dedi Mulyadi?

Rizal menilai, kebijakan dan program kementrian seharusnya menguatkan fondasi berpikir dan budaya ilmiah siswa yang sudah pasti memerlukan proses dan waktu tidak sebentar, tapi justru gonta ganti kebijakan yang tidak substantif.

“Jika hal ini terus terjadi, maka perubahan struktur yang kerap pemerintah lakukan tidak akan membuat masyarakat bergeliat karena tidak menyentuh kebutuhan mereka akan pendidikan," kata Rizal.

Kembali ke akar dan kebudayaan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau