KOMPAS.com - Kebijakan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi di bidang pendidikan kembali menuai polemik di masyarakat.
Kali ini kebijakan yang menuai kontroversi adalah mengubah jam masuk sekolah dari yang awalnya pukul 07.00 WIB menjadi pukul 06.30 WIB atau pukul 06.30 pagi.
Merespons kebijakan tersebut, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) pun melakukan penolakan kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang menginstruksikan siswa masuk sekolah pukul 06.30 WIB.
Menurut Koordinator Nasional (Koornas) P2G Satriwan Salim, menyuruh anak sekolah masuk pukul 06.30 WIB adalah kebijakan di luar kelaziman internasional.
"Kebijakan masuk sekolah pukul 6.30 pagi Jabar ini di luar kelaziman internasional, Malaysia, Cina, Amerika Serikat rata-rata masuk sekolah sekitar 7.30 pagi," kata Satriwan dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (3/6/2025).
"Sedangkan India, Inggris, Rusia, Kanada, Korea Selatan masuk sekolah pukul 8.00 pagi. Lalu Singapura dan Jepang masuk pukul 8.30 pagi," lanjut dia.
Baca juga: Materi Ujian Nasional Versi Baru SD-SMA, Siswa Segera Cek
Satriwan mengatakan, semua jam sekolah di luar negeri tersebut dibarengi dengan penerapan jadwal sekolah mulai dari hari Senin hingga Jumat. Hal itu sama dengan kebijakan yang dibuat oleh Dedi Mulyadi.
"Semuanya dengan skema belajar lima hari atau Senin - Jumat. Artinya negara-negara maju rata-rata masuk sekolah lebih siangan," ujarnya.
Satriwan kemudian bercerita, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pernah membuat kebijakan siswa masuk sekolah pukul 05.00 pagi.
Namun akhirnya kebijakan itu direvisi beberapa kali hingga akhirnya dikembalikan lagi pada jam masuk pukul 07.00 pagi.
Satriwan juga mengingatkan, penerapan jam masuk sekolah lebih pagi memiliki banyak kesulitan dalam implementasi.
Mulai dari akses ke sekolah yang jauh dari rumah siswa dan guru, ketidaktersediaan kendaraan umum pada jam berangkat sekolah, risiko keamanan bagi siswa dalam keberangkatan, karena kondisi jalan sepi atau langit masih gelap.
"Bagi orangtua yang punya anak cukup banyak, lebih merepotkan lagi sebab harus membagi perhatian penyiapan lebih awal," ungkapnya.
Satriwan memahami tujuan Dedi Mulyadi menerapkan kebijakan tersebut agar anak tidak malas, bersemangat ke sekolah, dan gemar belajar.
Namun sebenarnya, Satriwan menilai, mempercepat jam masuk sekolah sebenarnya tidak langsung berkorelasi satu sama lain dengan masalah tersebut.