Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Irene, Siswi Sekolah Rakyat di Pulau Timor Bantu Mama Jual Tenun dan Gorengan

Kompas.com - 14/07/2025, 09:26 WIB
Melvina Tionardus,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto sedang digalakkan di berbagai wilayah Indonesia jelang pembukaan perdananya di tahun ajaran 2025/2026.

Termasuk di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Irene Patrisia merupakan warga Desa Oemasi, Nekamese, Kabupaten Kupang. Jaraknya satu jam dari Oelamasi, Ibu Kota Kabupaten Kupang.

Usia Irene baru 13 tahun. Bungsu dari empat bersaudara ini terbiasa hidup mandiri tanpa sosok ayah.

Ibunya, Sisilia Taneno bekerja sebagai penenun kain tradisional. Sudah 14 tahun Sisilia menggeluti pekerjaan itu sejak sang suami pergi menelantarkan ia dan keluarga.

Baca juga: 20 Persen Siswa Sekolah Rakyat di Kupang Kurang Berat Badan

Jualan kain tenun hingga gorengan

Usai pulang sekolah Irene selalu duduk di samping ibunya untuk membantu meluruskan benang, menggulung gulungan kecil atau menahan alat tenun kayu agar tetap seimbang.

Irene mengaku sejak kelas 3 SD terbiasa membantu ibunya dan merapikan rumah dengan senang hati.

“Beta biasa bantu mama supaya mama sonde terlalu cape,” kata Irene dalam bahasa daerahnya yang artinya saya biasa membantu supaya mama tidak terlalu capek, dilansir Antaranews, Senin (14/7/2025).

Bukan sekadar itu, Irene terpikirkan ide berjualan gorengan di sekitar rumah. Di kala ibunya masih sibuk menenun Irene membuat adonan tepung untuk menggoreng makao (bakwan yang dicetak bulat), tempe, dan pisang.

Setiap sore Irene dan kakak ketiganya, Tiko membawa puluhan gorengan yang dijajakan dengan berkeliling desa. Harga satu potongnya Rp 1.000.

Mereka bisa membawa pulang hasil jualan Rp 50.000 hingga Rp 70.000 per hari. Uang itu dipakai untuk membeli beras, sabun, bahkan bisa membantu membayar iuran bulanan sekolah Irene di SD Katolik St Yoseph Kuaputu dan dua kakaknya di bangku SMA.

Sementara untuk menghasilkan satu kain tenun polos Sisilia membutuhkan waktu empat hari dan jika dijual harganya Rp 12.500 sampai Rp 15.000 per helai.

Sedangkan kain tenun motif sotis dapat dibandrol Rp 800 ribu per helai namun memakan waktu sebulan penuh.

“Tenun sotis baru dibuat tunggu ada yang pesan. Saya bisa banyak motif. Tapi itu pesanan sudah sangat jarang, kalau pun ada paling satu atau dua saja dalam setahun,” kata Sisilia dengan logat khasnya.

Hasil karya Sisila ini telah mengantarkan putri sulungnya hingga kuliah di sebuah universitas di Kota Kupang hingga mendapat beasiswa penuh program Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Kini Irene terpilih menjadi salah satu murid Sekolah Rakyat Kupang jenjang SMP setelah melalui tahapan penyaringan ketat pada medio April-Juni.

Baca juga: 63 Sekolah Rakyat Akan Beroperasi Pertengahan Juli 2025

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau