Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Untag Sebut AI di Roblox Belum Efektif Lindungi Anak

Kompas.com - 06/08/2025, 16:47 WIB
Melvina Tionardus,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Game Roblox menjadi permainan daring kekinian yang tengah digemari anak-anak.

Namun Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti melarang anak-anak bermain Roblox karena dinilai menampilkan adegan kekerasan.

Dari sisi akademis, dua akademisi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yakni Supangat, Ph.D., dosen Sistem dan Teknologi Informasi serta Dr. Rr. Amanda Pascarini, M.Si., psikolog dari Fakultas Psikologi menyampaikan pendapat.

Mereka menilai sistem moderasi berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang ada di Roblox memang belum cukup efektif dalam melindungi anak-anak dari ancaman predator digital dan perundungan siber terselubung.

Baca juga: Marak Anak Main Roblox, Menteri PPPA: Harus Ada Pengawasan Orangtua

Bahaya modus grooming digital

Dilansir Antaranews pada awal Juli 2025, Supangat mengatakan, AI memang mampu menyaring kata-kata kasar atau konten eksplisit. Namun, tidak semua bentuk ancaman hadir terpampang di depan mata.

"Modus grooming digital, misalnya, sering kali dibungkus dengan pendekatan emosional yang halus sehingga sulit dideteksi oleh mesin," kata Supangat.

Supangat menjelaskan, grooming digital adalah proses yang dilakukan predator siber dengan mendekati anak secara perlahan, membangun rasa percaya, lalu menyisipkan komunikasi yang mengarah pada pelecehan.

Bentuk ancaman pelecehan seperti ini kerap luput dari pengawasan sistem otomatis karena tidak melibatkan bahasa vulgar secara langsung.

"Sehebat apa pun sistem berbasis AI dikembangkan, tetap dibutuhkan keterlibatan manusia secara aktif untuk menjaga keamanan ruang digital bagi anak-anak," ujar Supangat.

Sementara itu, Amanda menilai sistem AI yang digunakan dalam platform seperti Roblox belum mampu memahami dinamika psikologis dalam komunikasi daring.

"Tekanan emosional, sindiran halus, maupun bentuk pengucilan sosial sering kali tidak terdeteksi. Ini menjadi celah yang berbahaya, karena anak-anak merasa aman hanya karena ada label 'dimoderasi AI'," ujar Amanda.

Ilustrasi anak main gadget.Dok. Unsplash/Yeon Li Ilustrasi anak main gadget.

Anak rentan kena cyberbullying

Peristiwa cyberbullying terselubung yang terjadi di game daring, termasuk Roblox pun menjadi hal yang disorot Amanda.

Perundungan secara daring ini kerap muncul dalam bentuk candaan menyakitkan, pengabaian sosial, hingga tekanan verbal yang tidak kasar tetapi berdampak ke psikologis.

Amanda mengingatkan, perlindungan anak di lingkup digital tidak bisa hanya mengandalkan teknologi.

Harus ada kolaborasi antara sistem moderasi cerdas, keterlibatan orangtua, peningkatan literasi digital anak, serta regulasi yang berpihak pada perlindungan anak secara menyeluruh.

Baca juga: Anak-anak yang Main Roblox Dinilai Rawan Kena Cyberbullying

Adapun laporan Sensor Tower menunjukkan sekitar 67 persen pengguna Roblox pada 2024 berasal dari kelompok usia di bawah 16 tahun. Maka itu Roblox sangat rawan menjadi sasaran pelaku kejahatan siber.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau